Journal : "The Written Journey"

Minggu, 17 Agustus 2025 04.50 WIB Dulu, saat cerita tentang luka dan sakit hati, seorang sahabat pernah bilang; "Wen, selalu siapkan ruang kecewa di dalam lubuk hatimu. Jadi setiap kamu kecewa, masukkin tuh di 'lemarimu', tutup rapat, tapi sisakan space untuk kekecewaan lainnya. Karena sepanjang hidup, kita pasti menemui kekecewaan."  Mbak, aku tau nasihatmu begitu lembut dan memberikan solusi. Tapi kenapa ya aku belum bisa. "Ruang" itu sudah telanjur penuh dengan banyak hal yang akupun bingung... kenapa 'menyimpannya' begitu banyak hingga tak ada space untuk menaruh 'kecewa' baru. Jadi setiap ada kecewa baru, seringnya ' tumpah ' dan ' berantakan ' lagi, padahal sebelumnya sudah kutata dengan rapi... Mungkin perlu kulepaskan satu-per-satu isi 'lemariku' supaya ada space yang cukup. Tapi, sentimentil-ku ini sulit sekali melepaskan hal-hal kecil yang sudah kupunya sejak dulu. Seharusnya sudah kubuang di TPA, tapi sepert...

Liat mahasiswa baru (maba) dengan wajah lelahnya tapi antusias, membuatku terlempar ke ingatan beberapa tahun lalu, saat menjadi maba juga. Dulu, setiap ditanya kakak tingkat "Capek nggak Dek?", jawaban kompak kami seangkatan selalu "Capek tapi semangat!" (pakai nada militer, you know what I mean ...). Sekarang kalau ditanya hal yang sama, mungkin embel-embel "tapi..." nggak akan kulontarkan. Capek ya capek aja.  Kalau diingat lagi, rasa-rasanya dulu masa kuliah itu seru. Meskipun capek, punya temen-temen seperjuangan yang saling menguatkan. Yang nggak meremehkan "lelah" kita, ya meskipun ada beberapa yang bebal. Yang nggak menertawakan "capek" kita, ya meskipun nggak ngasih solusi juga. Yang bahkan bersedia membersamai kita saat masa-masa keriweuhan itu datang. Seiring berjalannya waktu dan usia, tentu mereka menempuh jalannya masing-masing. Intensitas pertemanan kini mulai mengecil, atau bahkan hilang dan menyisakan  temanku yang ada ...