"Capek nggak Dek?"

Liat mahasiswa baru (maba) dengan wajah lelahnya tapi antusias, membuatku terlempar ke ingatan beberapa tahun lalu, saat menjadi maba juga. Dulu, setiap ditanya kakak tingkat "Capek nggak Dek?", jawaban kompak kami seangkatan selalu "Capek tapi semangat!" (pakai nada militer, you know what I mean...). Sekarang kalau ditanya hal yang sama, mungkin embel-embel "tapi..." nggak akan kulontarkan. Capek ya capek aja. 

Kalau diingat lagi, rasa-rasanya dulu masa kuliah itu seru. Meskipun capek, punya temen-temen seperjuangan yang saling menguatkan. Yang nggak meremehkan "lelah" kita, ya meskipun ada beberapa yang bebal. Yang nggak menertawakan "capek" kita, ya meskipun nggak ngasih solusi juga. Yang bahkan bersedia membersamai kita saat masa-masa keriweuhan itu datang.

Seiring berjalannya waktu dan usia, tentu mereka menempuh jalannya masing-masing. Intensitas pertemanan kini mulai mengecil, atau bahkan hilang dan menyisakan temanku yang ada dalam diriku sendiri. Saat mengeluh capek, nggak ada orang yang peduli juga, karena mereka juga capek dengan aktivitas masing-masing. Saat mengeluh lelah, mungkin bisa juga ditertawakan atau dianggap lemah. Memang tidak semua orang meresponse perasaan kita sesuai dengan ekspektasi kita. Tapi setidaknya kita sadar bahwa temanku adalah diriku sendiri, jadi jangan buat "temanmu" itu jadi pelampiasan emosi negatif.

It's such another level of pain... saat mau ngobrol sama sobat sambat untuk sharing berbagai keluhan, kami harus janjian dulu 😢 Karena dia sibuk, aku sibuk, nggak match mulu waktunya untuk sekadar video call sejenak. But it's okay, aku dengan kesadaran penuh bisa sambat kapan pun dengan journaling, and of course menulis di blog ini. Jadi so sorry, kalau isi tulisan kali ini adalah full of my sambat karena capek... hahahaaa. 

Sumber: @nantikitasambattentanghariini


Jadi kalau ditanya, "Capek nggak Dek?"

Jawabannya "Capek Kak" itu nggak papa banget lho... jangan maksain jawaban template tapi aslinya nggak "semangat".

Capek malah bagus karena kita sadar sebagai manusia punya kapasitas yang serba terbatas. Terbatas waktu, terbatas tenaga, terbatas pikiran. Jadi ya kemana lagi larinya kalau nggak ke Yang Maha Tak Terbatas, Rabb kita. 

Laa haula walaa quwwata illa billah


"Capek nggak Dek?"

"Capek tapi semangat, Kak. Izin istirahat."


Comments

Popular posts from this blog

Apakah menikah harus berdasarkan cinta?

Bapak

Suami idaman