Ironi. 25 jam sehari.
Waktu. Terus berjalan, tak pernah diam. Terus berlalu, tak pernah bungkam. 24 jam sehari. Itu yang diberikan Allah untuk setiap manusia. Tua-muda, kaya-miskin, cerdas-bodoh, muslim-kafir, siapapun, tanpa terkecuali. Tapi pernah nggak sih ngerasa kalau waktu yang diberi-Nya masih kurang? Pekerjaan menumpuk tak berkesudahan, silih berganti datang tanpa diundang. Selesai satu, tumbuh seribu. Terus saja bergulir tanpa henti. Lelah, letih, sering berganti bertubi-tubi. Ingin rasanya mengeluh, tapi itu bukan solusi.
Hari ini cukup melelahkan untuk
dirasa. Tapi kalau dipikir lagi, aku seperti tak melakukan apa-apa. Selesai
kuliah sekitar Zuhur, aku ke Laboratorium Pengindraan Jauh dan Fotogrametri buat
ngambil data foto udara yang kemarin udah diolah buat Lomba. Deadline
pengumpulan hari ini, dan berkasnya kurang deskripsi. Bingung mikirin
kesana-kemari, karena yang akuisisi data bukan aku sendiri, ditambah lagi aku
tak ikut ke lokasi. Duh… Setelah Jumatan dan makan siang, kedua teman timku
pergi. Ada kelas, katanya, eh memang nyatanya sih. Aku sendiri di sini, masih
bingung soal deskripsi. Akhirnya kusambi ngerjain tugas SIG sama Ghani. Tapi
ternyata dia juga mau asistensi. Aku ditinggal lagi.
Selesai ngurusin deskripsi, aku
bingung mau ngapain lagi. Sebenernya banyak sih pekerjaan yang belum usai, tapi
saking banyaknya jadi bingung mau ngerjain yang mana. Deadline laporan
praktikan, laporan sendiri, PKM yang belum jadi, catetan yang belum terealisasi,
tugas paper indraja buat presentasi, praktikum SIG belum selesai digitasi, hmm
apalagi? PKM adik tingkat yang belum dikoreksi, hasil wawancara belum dibuat
redaksi, FSG masih belum jadi belajar ENVI, hmm apalagi?
Oh iya, hampir lupa. Nanti malam mau
foto studio sama asdos dan Pak Yudo. Aku pake hitam biru padahal dresscode-nya krem navy. Huft,
bingung lagi. Kegelisahanku ini terlihat sama Uci, sampe-sampe dia nyeletuk.
“Ya Allah, berilah Wening waktu 25 jam sehari. Kayaknya dia 24 jam sehari nggak
cukup saking sibuknya.”
Deg, ironi. 24 jam sehari. Itu yang
diberi Ilahi untuk diri. Tapi sepertinya aku kurang ya Allah. Apa mungkin
waktuku nggak berkah? Sering kulihat emak-emak happy meski sibuk ngurusin baby.
Padahal mereka juga harus ngurusin karier dan suami. Pernah kulihat direktur
tenang nggak punya beban. Padahal tanggung jawabnya melebihi tanggungan seribu
orang.
Apa waktuku nggak berkah? Sampai-sampai waktu yang Engkau berikan ini kurang. Hmm aku butuh pencerahan. Lihat jam handphone menujukkan pukul 16.00 WIB, dan kebetulan ada Liqo di Masjid Baitul Ilmi. Karena bingung mau ngapain lagi, akhirnya aku pamit Mas Bagas buat pergi. Lagipula Lab mau tutup sebentar lagi. Jalan perlahan hingga sampai tujuan. Hhhh.. leganyaa. Ngaji sebentar terus materi. Eh.. adek tingkat nge-chat mau ngupulin PKM sore ini. Aku buru-buru pergi, eh ternyata ada anak diklar yang ngurusi. Yaudahlahya…
Ironi. 25 jam sehari.
Comments
Post a Comment