Salahkah aku jatuh cinta?
Bulan November tahun lalu, aku ikut kajian annisa terakhir yang diadain sama Annisa Izzati periode ini. Judulnya "Salahkah aku jatuh cinta?" dan pembicaranya Teh Fitri Nurafifah. Sejujurnya aku ikut kajian ini bukan karena tidak tahu jawabannya, tapi lebih ke melakukan validasi apakah jawaban Teh Fitri sama kayak jawaban yang selama ini kuyakini.
Tahun 2020 lalu aku pernah posting juga judulnya "Mencintai lawan jenis sebelum menikah, bolehkah?" yang sebenernya buat jadi materi mentoring. Karena menurutku hal penting yang perlu disampaikan ke adek-adek perempuan itu ada dua, terkait hijab dan cinta. Pas itu nggak sempet nyampein materi tentang cinta, jadilah kubuat tulisan di blog dan kukasih link-nya ke adek-adek.
NB: Cinta yang mau dibahas kali ini terkait perasaan antara perempuan dan laki-laki bukan mahram yang belum menikah.
Notulensi Materi Teh Fitri (+ pemahaman pribadi)
Cinta itu apa? Kasih sayang? Pengorbanan?
Cinta murni → butuh pembuktian
designed by me |
Kalau menurut penjelasan Teh Fitri, cinta itu puncak dari suatu perasaan. Ibarat sebuah piramida, tingkat terendah itu TAKUT, atasnya HARAP, dan puncak tertingginya CINTA. Saat kita takut, kita nggak akan bisa mencintai, dan harap juga belum bisa disebut cinta. Saat kita berharap, seringnya kita akan kecewa, tapi kalau udah mencapai puncak Cinta, kita nggak akan kecewa karena kita udah cinta. Hmm.. mbingungin nggk siih.. wkwk.
Slide by Teh Fitri |
Perihal cinta memang erat kaitannya sama pernikahan atau perkawinan?? Seperti yang tertulis di slide sebelumnya bahwa dalam Islam, "tidak ada jalan lain untuk menyatukan dua insan yang saling mencintai selain pernikahan".
Pertanyaannya, "kalau belum siap nikah gimana?" Ntar yaak jawabannya, lanjut ke materinya dulu.
Apa itu Nikah?
Berdasarkan KBBI Daring:
nikah/ni·kah/ n ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama: hidup sebagai suami istri tanpa -- merupakan pelanggaran terhadap agama;
Sayyid Sabiq (2009) dalam Iskandar (2017) mendefinisikan nikah sebagai "akad yang menjadikan halalnya menggapai kenikmatan bagi masing-masing suami isteri atas dasar ketentuan yang disyari’atkan Allah Subhanahu wa ta'ala".
Orang dapat dikatakan siap nikah kalau sudah akil-baligh.
my notes |
Q. S. An-Nisa ayat 1
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."
Q. S. An-Nisa ayat 1 → Salah satu surat yang dalam satu ayatnya ada dua kata "takwa".
Nikah bukan semata-mata menyatukan cinta. Nikah itu seharusnya menyatukan kebahagiaan. Aku bahagia, kamu bahagia, dengan kita menikah maka kita menyatukan kebahagiaan. Jadi intinya, masing-masing pribadi itu sudah bahagia terhadap dirinya sendiri, dan nikah itu menyatukan kebahagiaan kalian bersama, bukan nikah untuk mendapatkan bahagia... you know what I mean...
my notes |
Salah satu slide-nya Teh Fitri ada postingan Ust. Adriano Rusfi berikut:
Kalau jawabannya Teh Fitri, kata "jatuh cinta" itu kurang tepat.. yang lebih tepat adalah "bangun cinta". Yuk bangun cinta. Cinta dulu sama Allah dan Allah akan menumbuhkan cinta.
Q. S. Al-Baqarah ayat 216
"...boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Salahkah kalau kita jatuh cinta tapi belum siap nikah?
Mencintai itu boleh, punya ketertarikan sama lawan jenis itu boleh. Tapi kalau belum siap nikah lebih baik menjauh saja. Jangan berkomitmen dan jangan terikat dulu. Teh Fitri menganalogikan seperti sticky notes dan perangko. Kalau mau nempel seperti sticky notes aja, tidak terlalu melekat dan saat dilepas nggak merusak kertas. Jangan seperti perangko yang kalau dilepas bisa merusak salah satu atau keduanya (perangko dan kertas).
Bagaimana mengendalikan cinta?
- Cinta di hati tidak bisa kita kendalikan sendiri. Minta tolong Allah untuk menjaga hati kita, karena hanya Allah yang bisa membolak-balikkan hati.
“Yaa muqollibal quluub, tsabbit quluubana alaa diinika.”
Artinya: “Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
- Maksimalkan kehidupan kita dengan belajar. Ada status wa salah satu sobat yang sampe sekarang masih kuinget, sebenernya cuplikan nasihat dari novel "Bidadari Bermata Bening" karyanya Habiburrahman el-Shirazy.
"Saat masih muda, saat masih dalam fase menuntut ilmu sebaiknya tidak memikirkan kecuali ilmu. Ingat, ilmu tidak akan didapat kecuali dengan dikejar sungguh-sungguh. Sedangkan jodoh sudah disediakan oleh Allah. Kalau saat kau harus mengejar ilmu malah mengejar jodoh, kau bisa kecewa jika ternyata yang kau kejar bukan jodohmu, dan ilmu sudah pergi jauh dari jangkauanmu."
- Ganti konsumsi kita. Konsumsi yang dimaksud Teh Fitri di sini itu media atau inputan atau hal-hal yang mempengaruhi kita seperti tontonan, media sosial, dll. Kalau sering liat sinetron romantis, liat medsos orang pacaran, dll ya seringkali kita terpengaruh. Ganti konsumsi kita dengan hal-hal yang baik, misalnya belajar tauhid atau skill tertentu yang membuat kita berkembang.
"Jangan lupa minta tolong sama Allah, karena kita gabisa apa-apa tanpa-Nya. Sekecil memilih mau pake baju apa hari ini, sampe sesuatu sekompleks CINTA."
Laa hawlaa walaa quwwata illaa billaah...
Diskusi Cinta with The Geng
Supaya lebih lengkap, postingan ini kutambahin hasil diskusi sama sobat-sobat seper-obrolan-ku. Kami sering ngobrol hal-hal yang mungkin dianggap tabu sama banyak orang sampe hal-hal random yang nggak penting. Salah satu obrolan kami ini tentang cinta (tapi yang lebih mengarah ke pacaran) dan kali ini akan ku-bold-in intinya.
X1: "menurutku ada dua dua golongan orang secara dasar di dunia per-uwu-an. bucin dan ga bucin. orang yang ga bucin, vibes pacaran nya biasanya justru lebih enteng , jauh dari drama, dan biasanya orang yang jenis kaya gini emang udah punya prinsip kalo "tidak ada yang bisa ngatur atau ngerubah gue bahkan pacar gue". hidupnya ga terlalu terpengaruh dg adanya pacar atau semacamnya .... beda sama yang bucin, dia yang menyandarkan sedikit banyak atau bahkan seluruhnya sama "orang" atau "dengan siapa" ini susah nihh. dia ga punya pacar aja bucin, terganggu. apalagi punya. skrg tuh bukan ke arah pengin punya "pacar" yang "you belong to me, i belong to you" , tapi ke arah "lu mau ga gue repotin buat nemenin gue berjuang, ntar gue temenin lu capai ambisi lu." kenapa wey harus lawan jenis, idk lebih punya insight jadi makhluk dari planet lain aja."
Y1: "menurutku kita harus liat dari 2 sudut pandang. negatif sama positif kalo inii. lebih tepatnya ini sih. aku yakin ga semua orang bisa hidup tanpa orang lain. sebelum nikah juga ada positifnya seperti peningkatan prestasi, secara "pacaran" yang dimaksud adalah ketertarikan, bukan "mojok". disclaimer dulu ya, untuk mendapatkan positifnya saja tanpa negatifnya, tetep diperlukan kekuatan karena benarrrrr pacaran dapat membawa negatif yg banyak. intine bisa kontrol diri aja deh. positifnya adalah seperti yg tak sebut duluuuuu banget, orang berubah karena cinta. bisa membawa perubahan baik atau buruk, disinilah ini diperlukan, itu konsepnya wkwk. aplikasinya tergantung keadaan lapangan.
Pillar hubungan yang pernah aku rancang sedemikian rupa jadi menghasilkan:
1. Komunikasi,
2. Mendengarkan,
3. Memahami.
dari 3 point diatas kalo 1 aja kurang baik berarti mulai mengarah ke negative vibes.
intinya adalah pacar bisa menjadi batu loncatan supaya kita bisa menjadi versi lebih baik dari diri kita sendiri saat ini/sebelumnya."
Y2: "Aku memandang setiap lingkunganku berada, pasti ada orang pacaran dan (mengapa) aku tidak ? Aku punya pikiran kalo mereka yang pacaran tu kebanyakan kaya punya beban gitu yang harus dipikirin selain diri mereka sendiri (untuk saat ini). Untuk sisi positifnya pasti ada yang menemani selain Tuhan, orang tua, serta lingkungan bergaul. Mungkin tekanan dari orang tua maupun lingkungan mampu membuat mereka mencari lingkungan yang lebih baik menurutnya yaitu pacar itu sendiri. Ya, konsep pacaran bukanlah tentang kepemilikan aku setuju, hanya mengenai ruang berbagi dan memberi perhatian (mungkin) yang selama ini tidak dirasakan di lingkungan rumah maupun pertemanan yang ada. Sepositif apapun pacarannya ya. Padahal juga (cuma) pacaran tapi kayanya yang ada sekarang adalah keliatan punya beban gitu."
X2: "Nek menurutku ya ning endinge semua bergantung pd prinsip masing2 wkwk, nek buat aku mencintai wajar kok ngga peduli endingnya kamu nanti pacaran, ngga peduli nanti bertepuk sebelah tangan dll seenggaknya dari mencintai tu kek kita bisa belajar, belajar dlm hal apapun. Keknya aku udh pernah bilang ke kamu ngga si ning wkwkwk nek menurutku kita nggabisa ngendaliin perasaan kita tp kita bisa ngendaliin sikap kita atas perasaan kita, hati klo semakin dikekang takutnya kenapa2 jd los in ajaa santuyy wkwk termasuk ngendaliin pandangan dll jg termasuk sabi sih ini (idk ini out of the box atau ngga tp semoga paham). mencintai dengan too much itu jg nggabaik pokoknya yg berlebihan itu nggabaik intine wkwkwk"
Notes: X (cewek), Y (cowok)
Opini Pribadi
Salahkah aku jatuh cinta?
Nggak. Cinta itu nggak salah, hanya saja tindakan kita setelah jatuh cinta yang bisa membuatnya salah atau benar. Ingat, cinta disini berbeda dengan mengekspresikan cinta. Kalau cinta itu sendiri nggak salah, memang fitrah manusia salah satunya adalah cinta. Banyak orang yang justru pacaran saat ia jatuh cinta, nggak memikirkan bahwa hal itu bisa membuka gerbang maksiat. Tapi, banyak juga yang berpandangan bahwa kalau udah saling mencintai ya nikah aja, untuk menghindari zina. Baik pacaran ataupun nikah dengan alasan "menghindari zina", keduanya aku nggak setuju. Lha trus gimana?
Pertama, pacaran. Dari awal memang pacaran bukan hal yang dianjurkan syariat. Trus kalau nggak pacaran dulu, ntar gimana kita bisa mengenal pasangan? Nikahnya ntar nggak bahagia dong kalau sebelumnya nggak pacaran dulu. Berdasarkan hasil penelitian Ardhianita, I., & Andayani, B. (2005), rerata skor kepuasan pernikahan kelompok subjek yang tidak berpacaran (Mean= 28,6563) lebih tinggi dari pada kelompok yang berpacaran sebelum menikah (Mean=26,4063).
Jadi, asumsi bahwa pacaran sebelum menikah akan membuat kepuasan pernikahan tinggi tidak terbukti.
Kedua, pernikahan dengan alasan "menghindari zina". Apakah tujuan menikah cuma buat memuaskan nafsu seksual? Tentu tidak kan. Orang yang berpikiran kayak gitu kemungkinan besar justru belum akil, alias belum bisa mengendalikan nafsunya dengan akal, tandanya dia belum siap nikah. Ntar kalau ada lawan jenis lain (selain pasangannya) dan dia jatuh cinta, trus mau nikah lagi gitu supaya menghindari zina? Atau mau cerai aja? Astaghfirullahal'azim. Setiap orang tentunya ingin pernikahannya terus langgeng sampai maut memisahkan, tapi banyak juga kasus perceraian yang terjadi dan salah satunya adalah karena perselingkuhan. Opiniku, seseorang yang alasan nikahnya cuma karena cinta dan untuk "menghindari zina" tanpa didasari alasan-alasan kuat lainnya untuk menikah, akan memiliki risiko lebih tinggi untuk selingkuh. Terdapat dua jenis perselingkuhan yang telah dikelompokkan oleh para peneliti, yaitu perselingkuhan seksual dan perselingkuhan emosional (Cann & Baucom, 2004; Nagurney & Thornton, 2011 dalam Shaleha, R. R. A., & Kurniasih, I., 2021). Kalau perselingkuhan seksual udah jelas banget kan guys, tak terbantahkan. Nah, kalau perselingkuhan emosional berdasarkan yang kubaca itu suatu ikatan emosional yang mendalam antar individu selain pada pasangannya.
Cara aman supaya terhindar dari maksiat atas nama cinta ini ya menghindari mencintai sebelum menikah. Ya, meskipun berkali-kali sudah kubilang, boleh mencintai atau mengagumi seseorang, yang penting kita bisa mengontrol tindakan kita sendiri. Beberapa nasihat yang kudapatkan dan bisa dipake untuk pertimbangan saat kalian mulai jatuh cinta pada seseorang:
- Nasihat dari Ibuku: "Kamu boleh mencintai seseorang, mengagumi, suka, atau apapun itu. Tapi jangan dikembangkan dulu cintanya kalau belum nikah. Jodoh itu misterius."
- Nasihat dari Ibunya sahabatku: "Nggak papa kamu mencintai seseorang sebelum menikah, tapi jangan 100%. Nanti kalau udah nikah baru berikan 100% cintamu ke suamimu (atau isterimu)."
- Nasihat dari Dr. Fahrudin Faiz (beliau sering bahas kajian tentang filsafat cinta, dan itu seru guys btw): "Saat cinta datang, jangan dilawan. Kalau kamu jatuh cinta, dan kamu lawan, malah akan mengganggumu. Bedakan antara rasa cinta dan mengekspresikan cinta. Kalau mengekspresikan cinta ada aturannya, ada batasan-batasannya, tapi kalau merasakan cinta ya boleh saja."→ Ngaji Filsafat
Tips dari berbagai sumber supaya nggak terjebak cinta (lebih ke arah baper sih) sebelum menikah [NB: btw tips ini buat yg memang belum siap nikah yaa.. kalau udah siap nikah silakan usaha cari seseorang.. wkwk]:
- Percayalah bahwa kamu udah punya jodoh pasti (cuma belum ketemu aja), yang telah tertulis di Lauhul Mahfudz. Kalau tips ini nggak works (karena nggak ada visual orangnya), kata salah satu sahabatku, bayangin kamu udah taken sama seseorang dan lagi LDR (wkwk... halu sama orang random atau siapapun itu, tapi cuma buat tameng aja... paham kan?).
- Jika ada lawan jenis yang baik sama kamu, perhatian, ngasih hadiah dan suka bantu kamu, bukan berarti dia nggak berbuat baik sama orang lain. Itu tandanya dia memang orang baik. Dia berbuat kebaikan untuk semua orang and you're not special. Kalau dia bales chatmu dengan cepat, menjawab semua pertanyaanmu, menanggapi ceritamu... percayalah yang dia lakukan adalah bentuk dari rasa hormat dan menghargai.
- Anggaplah kalau cowok/cewek itu udah taken, so jangan sekali-kali jadi setan (you know what I mean?... wkwk). Soalnya banyak tuh yang terlihat single ternyata taken, daripada baper mending anggaplah semuanya taken. Dengan begitu, kamu akan berusaha membatasi diri untuk berinteraksi, and it's good... karena memang seharusnya kita membatasi interaksi.
- Tips terakhir kalau semua tips sebelumnya nggak works. "Barangkali jodohmu bukan seorang yang kamu cintai, tapi kematian." →Mungkin tips ini terkesan sangat ekstrem dan kayak menghindari banget buat baper atau mencintai. Makanya ini kukasih desclaimer dulu, kalau kalian bisa mengontrol tindakan ya nggak papa baper.
Referensi:
Ardhianita, I., & Andayani, B. (2005). Kepuasan pernikahan ditinjau dari berpacaran dan tidak berpacaran. Jurnal psikologi, 32(2), 101-111. https://journal.ugm.ac.id/index.php/jpsi/article/view/7074
Elfitriadi, Epa. (2019). MENYOAL USIA PENDIDIKAN: JANGAN BALIGH SEBELUM AQIL. 7. 2019. https://www.researchgate.net/publication/340984861_MENYOAL_USIA_PENDIDIKAN_JANGAN_BALIGH_SEBELUM_AQIL
Iskandar, Z. (2017). Peran kursus pra nikah dalam mempersiapkan pasangan suami-Istri menuju keluarga sakinah. Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 10(1), 85-98. http://ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/Ahwal/article/view/1168/1289
Bagus ihhh :')
ReplyDelete