Kartini dan Al-Fatihah

Meskipun udah telat... Selamat Hari Kartini untuk seluruh perempuan Indonesia 

Jujur pengen sharing pas 21 April kemarin tapi baru sempat hari ini. Banyak pikiran-pikiran berkecamuk jadi harus segera ditulis biar nggak runyam nii otakku. 

Sebelumnya ku cerita dulu gimana bisa nulis postingan ini. 

Karena pengen merasakan hal berbeda, Ramadan ini aku mencari challenge dan ketemulah Quran Journaling Challenge dari @rahmahstudyclub yang direkomendasiin Bunda @dkwardhani. Intinya, ada jadwal buat posting hasil quran journaling-nya terkait tadabbur surat Al-Fatihah ayat 1-7. Quran Journaling itu sebenernya sama kayak journaling biasa, cuma kontennya tentang belajar Qur'an, tafsir, tadabbur, dan refleksi diri terkait makna yang dikandungnya. 

Memang awalnya merasa gagal karena challenge-ku tidak selesai sesuai jadwal (harusnya kelar 16 April 2022). Tapi dari awal aku menganggap challenge ini sebagai #ramadanchallenge pribadi, jadi nggak papa selama kelarnya pas bulan Ramadan tahun ini. 

Nah, apa kaitannya Al-Fatihah sama Kartini??

Jadi di grup telegram Rahmah Study Club ada yang nge-share screenshot feed instagram @banggaber tentang Kartini yang ternyata terpesona sama makna Al-Fatihah. Tentu pas banget sama challenge yang kami lakukan yaitu Quran Journaling Surat Al-Fatihah. Banyak banget temen-temen di grup yang juga terpesona sama makna Al-Fatihah layaknya Kartini. Akupun juga baru sadar... ya Allah.. ternyata makna Al-Fatihah sedalam inii. Kok aku baru bisa sadar sekarang... kemana sajakah aku selama ini? Astaghfirullah. Kalau arti suratnya pasti udah tau sejak lama, tapi terkait tafsir dan maknanya baru belajar Ramadan ini. Antara menyesal dan bersyukur. Menyesal, kenapa baru sekarang aku belajar makna Al-Fatihah? Bersyukur, alhamdulillah karena meskipun telat aku masih dikasih tuntunan buat menemukan Quran Journaling Challenge ini. 

Feed instagram @banggaber

Berawal dari terpesonanya Kartini dengan makna Al-Fatihah, ia ingin tak hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memahami maknanya, tapi juga orang lain yang mungkin hanya paham berbahasa Jawa. Dari situlah awal mula penerjemahan tafsir Al-Qur'an berbahasa Jawa yang dilakukan oleh Kiai Sholeh Darat. Hasil penerjemahan yang belum selesai tersebut (karena Kiai Sholeh Darat wafat) dihadiahkan sebagai kado pernikahan Kartini.
"Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya. Aku pikir, tidak jadi orang shaleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?” tulis RA Kartini pada Stella. (https://www.republika.co.id/berita/q93fi6366/kiai-sholeh-darat-dan-titik-balik-keislaman-ra-kartini)
Tafsir Al-Quran berbahasa Jawa

Kagum banget sama beliau... ternyata Kartini, seorang pejuang emansipasi wanita di Indonesia, merupakan seorang muslimah yang taat dan kritis. Hal ini membuktikan bahwa sebenernya dalam Islam itu setiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam berbagai hal termasuk belajar agama. 

Okee, sekarang waktunya sharing apa yang kudapatkan setelah belajar (sedikit) tafsir dan tadabbur Al-Fatihah selama #ramadanchallenge Quran Journaling. Bagi temen-temen yang mau baca Quran Journaling Al-Fatihah selama challenge ini ada di feed instagramku:
https://www.instagram.com/weningafk/
Quran Journaling Surat Al-Fatihah

Ayat pertama yang jadi perdebatan

Sebenernya udah pernah tau, tapi sekadar tau aja kalau basmalah ( بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ) di awal surat Al-Fatihah itu diperdebatkan. Sebagai orang Indonesia yang mayoritas bermazhab Imam Syafi'i, jelaslah basmalah termasuk sebagai ayat pertama dan HARUS dibaca keras saat salat (Subuh, Magrib, Isya'). Tapi beberapa ulama menganggap bahwa basmalah bukan ayat pertama Al-Fatihah, namun tetap dibaca sebagai permulaan. Dari sini aku belajar bahwa perbedaan pendapat itu bukan suatu hal yang patut dipermasalahkan apalagi sampai menimbulkan permusuhan. Selama pendapat-pendapat tersebut ada dasarnya, ya tidak apa-apa dijalankan dengan saling menghormati dan menghargai masing-masing. 

Belajar etika

Dari keseluruhan ayat di surat Al-Fatihah itu maknanya adalah memuji Allah dulu, baru kita meminta (berdoa). Bener-bener Allah itu sesungguhnya udah mengajarkan detil apa yang perlu kita lakukan sebagai manusia, bahkan jika dipahami lagi itu tuh termasuk etika. Etika saat kita ingin mendapatkan sesuatu, ya puji dulu orang yang akan kita mintai itu. Nggak pake naninu tiba-tiba langsung minta itu terkesan tidak sopan yaa. Minimalnya pake kalimat-kalimat yang sopan, kayak "minta tolong", "maaf boleh minta tolong..." 

"Ambilin minum dong!" VS "Aisyah cantik, boleh tolong ambilin minum?" 

Keliatan banget kan beda etikanya dari yang langsung minta sama memuji dulu baru minta

Sadar diri dan minta tolong Allah

Ini hikmah yang kudapet pas belajar makna Al-Fatihah ayat 5 ( اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ ) bahwa aku tuh manusia yang bahkan buat ibadah aja tuh nggak bisa kalau nggak ditolong sama Allah. Jujurly sempet nangis pas denger kajian tadabbur dari beberapa ustadz tentang ini. Intinya kita gabisa apa-apa tanpa pertolongan Allah. Karena waktu itu pas ada deadline tugas Metodologi Penelitian, aku pengen ganti judul rencana penelitan tapi gatau apa, agak stress trus akhirnya mau quran journaling dulu. Seketika langsung tenang... heuheuu. Kek masalah penelitian, tesis, kuliah itu mah gampang banget di hadapan Allah. Jangan terlalu khawatir tapi juga tetep ikhtiar (bukan meremehkan). Keputusanku buat rehat sejenak dari berbagai tugas dengan quran journaling ternyata manjur juga guys... alhamdulillah.

Ayat terakhir yang mengejutkan

Di ayat terakhir ini maknanya kita berdoa sama Allah supaya diberi jalan layaknya orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai (berilmu tapi tidak mau beramal) dan bukan pula jalan mereka yang sesat (beramal banyak tapi tanpa ilmu). Langsung agak terkejut karena maknanya itu kayak motto hidup yang selama ini aku pegang. 
Beramal dengan ilmu, ilmumu amalkan!

Jadi aku dapet kalimat itu pertama kali dari Bapakku yang bikin sticker buat kotak amal masjid. Kotak amalnya itu tuh kayak program dari masjid yang dibagikan ke warga-warga trus setiap 10 Muharram dikasihin ke warga sekitar kurang mampu KHUSUS UNTUK DANA PENDIDIKAN (jadi buat bayar SPP, beli seragam, alat tulis, gitu lah). Nah karena penasaran akhirnya beliau kutanya langsung, apakah kalimatnya itu beliau dapet dari surat Al-Fatihah. Setelah denger cerita beliau (FYI kami ini suka ngobrol hal-hal terkait agama dan hikmah seringnya sampe ngalor ngidul), intinya beliau dapet dari Mbah Alm. Kiai Dullah (dapat dikatakan kalau beliau ini kiai yang dihormati di kampungku dan punya pesantren juga). Tapi setelah aku cerita tentang makna Al-Fatihah ayat terakhir, beliau juga mengiyakan, karena kemungkinan besar juga diambil dari situ. 

Ini sticker di kotak amalnya

Hmm... rasanya kek... ya Allah, ternyata kalimat yang selama ini aku pegang itu makna dari Al-Fatihah. Dan Al-Fatihah itu kalau dipahami maknanya bisa dalem banget... heuheuu pengen nangis 😭

Comments

  1. Wening, maaf baru bisa comment, tapi sekali lagi terima kasih banyak ya atas ilmu barunya <3
    Btw tulisan-tulisan kamu berbobot tapi asik banget, jadi ga kerasa berat buat memahami dan belajar dari isi tulisanmu, keren parah. Ditunggu next post nya yak Wening!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah, comment yang sangat menyentuh... mari kita belajar bareng2 :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apakah menikah harus berdasarkan cinta?

Suami idaman

Bapak