HARUS BISA!
I am sooo happy bisa nyelesaiin buku ini akhirnyaa. Oke, seperti biasa sebelum cerita tentang insight yang didapat dari sebuah buku, aku mau cerita dulu gimana bisa bertemu buku ini.
Pas liburan lebaran beberapa tahun lalu (aku lupa), melihat buku ini ada di rak buku rumah mbah. Tapi cuma sempat baca beberapa halaman aja dan akhirnya membawa buku lain yaitu "Sarinah" by Ir. Soekarno. Nahh, pas baca beberapa halaman buku itu, langsung dalam hati membatin, "nanti kalau pas balik kampung lagi pokonya harus bawa dan baca buku ini". Ehh... sayangnya corona menyerang, jadinya gabisa balik kampung dalam waktu dekat. Setelah semua drama kuliah online dan semua-semuanya online, akhirnya bulan Februari lalu mampir dulu ke rumah mbah sebelum merantau ke DIY. Aku mengingat buku ini yang ternyata masih tersimpan rapi di rak buku. Jadinya bilang ke mbah uti kalau mau bawa buku ini, dan tentunya bolehh dong... wkwkwk.
![]() |
| Buku ini terbitan tahun 2008. Setelah kuliat dalemnya ternyata ada cap perpustakaan SMA deket rumah mbah, makanya tulisannya "tidak untuk diperjual-belikan". |
Pikiran pertama alias first impression pas awal lihat cover-nya adalah kemungkinan aku akan semakin mengidolakan Pak SBY. Tapi ternyata eh ternyata, aku malah lebih mengidolakan penulisnyaaaa, Pak Dino. Ya Allah keren sekali Pak atas idenya untuk menuliskan buku ini. Berasa baca buku sejarah dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai warga negara biasa yang saat itu belum paham apa-apa soal politik (karena memang masih bocil kan pas kepemimpinannya Pak SBY), dengan membaca buku ini aku jadi tahu keadaaan saat itu dan kejadian-kejadian "besar" yang mengubah posisi Indonesia. Bencana tsunami yang memilukan, misi perdamaian dengan Timor Timur, sengketa perbatasan dengan Malaysia di Ambalat (untuk kasus ini aku seneng banget udah pernah dijelasin Pak I Made Andi Arsana waktu kelas Manajemen Wilayah Perbatasan), berbagai macan konferensi internasional lainnya, dan banyak lagi lainnya.
Beberapa hal yang berkesan dari buku ini:
Ada sebuah kalimat (aku nggak tau ini tuh sebenernya dari siapa dan sumbernya dari mana) yang di buku ini tertulis "ucapan klasik Raja Faisal" di halaman 164.
"Allah memberi manusia dua telinga dan satu lidah supaya ia bisa mendengar dua kali lebih sering dari ia berbicara."
Selama membaca buku ini aku terkagum-kagum sama penulis dan ini ternyata jelas sekali dipengaruhi oleh latar belakang dan lingkungan sekeliling beliau. Aku jadi makin percaya bahwa kita adalah cerminan dan orang-orang di sekitar kita. Oleh karena itu, pandai-pandailah dalam memilih teman. Salah satu sahabat Pak Dino yang tertulis di buku ini dan juga sama-sama kukagumi adalah Pak Gita Wirjawan. Ada kalimat yang tertulis di halaman 171 dari Pak Gita berikut,
"it's always better to underpromise and overdeliver"
Intinya sepemahamanku, lebih baik tidak memberikan janji yang terlalu muluk-muluk dan memberikan aksi yang lebihhh dari janji yang kita beri. Di bab itu lagi bahas tentang kampanye pemilu dan aku 100% setuju sama Pak Gita.
Beberapa kali diulang di buku ini bahwa Pak SBY tipe orang yang sangat jeli terhadap informasi yang diperoleh. Dari manapun informasinya, beliau menuntut untuk dikonfirmasi kembali dan dipastikan bahwa informasinya harus akurat dan faktual, kalau bahasa sekarang mah bukan hoax. Dari inteligen pun juga tetep harus dipastikan itu informasinya bukan hoax dan bisikan semata.
"Pemimpin tidak boleh keliru menerima dan mengolah informasi. Kalau masukan kepada saya salah, hampir pasti keputusan dan tindakan saya salah...." [halaman 274]
Aku jadi teringat kembali konsep "garbage in garbage out" yang sering diulang-ulang pada mata kuliah SIG (Sistem Informasi Geografis). Sebenernya nggak hanya SIG aja siih, di berbagai bidang kayaknya berlaku konsep tersebut, bahwa hal-hal masukan atau input sangat mempengaruhi hasil akhirnya. Sebagus apapun proses yang dilakukan, kalau masukannya sampah, yaa keluarannya juga sampah.
Bukan hanya membuatku terkagum-kagum betapa membanggakannya Indonesia, dalam buku ini ada beberapa bagian yang membuatku menangis karena haru. Di bab 33 tentang PEMIMPIN YANG MENYENTUH HATI DAN MENYEMBUHKAN LUKA. Bab ini membahas bagaimana Pak SBY memperlakukan rakyat para korban tsunami aceh, bagaimana beliau memberikan perhatian pada mereka dan bahkan mau menjadi "kurir surat" seorang anak dari Amerika dan Aceh. Beneran sampe nangis aku baca suratnya, mungkin karena suasana hati lagi melow juga... hehehe.
Karena penasaran sama kisah dua anak itu yang tentunya sekarang udah besar (Nada dan Maggie), akhirnya coba nyari beritanya di Google. Dan ini hasil pencarianku:
Selama baca buku ini campur-campur siih emosinya. Ada bab yang bikin tegang, ada bab yang bikin nangis, ada yang bikin ketawa ngakak banget, dan ada juga yang bikin mikir. Trus di sela-sela bab tuh ada anekdot-nya juga yang bikin pembaca rehat sejenak setelah 'agak mikir' di bab sebelumnya. Suka banget sama jenis buku kayak gini yang banyak insightnya tapi bahasa-nya ringan dan mudah dimengerti, meskipun ada istilah-istilah politik yang harus kucari dulu artinya untuk memahami makna yang dibahas di bab tsb.
Overall, buku ini aku rekomendasikan untuk generasi muda biar melek politik dan tau sejarah masa lalu (meskipun para tokohnya masih hidup, tapi karena udah terjadi di masa lalu bisa lah ya disebut sebagai sejarah). Dan aku rasa, buku ini nantinya akan jadi bacaan wajib untuk kelas-kelas sejarah di masa depan. Setelah baca buku ini aku merasa lebih bangga jadi salah seorang warga negara Indonesia, bahwa ternyata Indonesia itu dilibatkan lhooo dalam dunia internasional dan kita tidak se-"ketertinggalan" itu. Malah pengen jadi diplomat kayak Pak Dino tapi apa daya udah terlalu jauh untuk puter balik jurusan... wkwkwkwk.
![]() |
| Di dalem buku ini ada dokumentasinya juga sesuai sama bab yang diceritain. Beneran deh ini bukan buku catatan harian biasa, tapi buku sejarah yang bagus dan menyenangkan bangett buat dibaca. |
Bintang lima untuk buku ini.
⭐⭐⭐⭐⭐


Comments
Post a Comment