Otw...

Kemarin aku habis ke pameran buku sama sobatku mbak Nuril. Ntah kenapa selama kita keliling liat buku-buku, banyak buku yang bahas tentang pernikahan, jomblo, pasangan, galau, cinta, patah hati (atau kayaknya kebetulan pas baca2 di section itu.. wkwk). Banyak kali judul yang ada kata "otw"-nya. *otw adalah singkatan dari on the way yang udah jadi bahasa gaul masa kini. Mulai dari judul otw hijrah, otw halal, sampe otw nikah ada bukunya :). Di sana pun banyak buku anak-anak yang lucuu banget, pengen borong banyak, TAPI pasangan aja masih di awang-awang udah mikir mau belanja buat anak... wkwkwk. Emang sih, ke sini tujuannya belanja buku buat ponakan-ponakan, tapi tetep beda nggak sih nanti kalau sama anak sendiri? Ntahlah, tak tau. 

Sepanjang keliling rak-rak buku berbagai section, kami ngobrol banyak dan salah satunya tentang pasangan. Nggak ngerti lagi... aku merasa kayak, "apa nggak ada cowok yang suka sama aku yaa? kenapa nggak ada yang menyatakan perasaannya ke aku? masa sih aku terlalu tinggi buat digapai? padahal ekspektasiku nggak tinggi-tinggi amat...". Setiap aku nanya ke orang-orang gimana awal mula mereka menjalin relasi romantis atau at least sama-sama punya rasa (ya bisa pacaran, bisa komitmen, bisa langsung serius ngelamar dan nikah), jawaban paling seringnya bermula dari temenan. Minggu lalu pun, aku pernah ngobrol sambil nemenin self reward sobat kampus yang kelar sempro dan dia nanya, "emang kamu nggak punya temen cowok yang kalau misal kamu bingung atau apa gitu seringnya nanya ke dia? masa sih Ning nggak ada yang deket?". Hmm... bingung mau jawab apa. Temen-temen cowokku nggak cuma seorang, wkwkwk. Dan mereka semua tidak jomblo alias sudah punya pasangan masing-masing, lagipula mereka juga berbuat baik ke aku atas landasan pertemanan, nggak lebih. Jadi, siapa?? Nggak tau. 

Emang nggak boleh berharap sama temen... hahaha. "Lha? Kenapa? Nggak papa dong berharap sama temen sendiri, kan malah lebih enak nggak sih kalau pasangan kita bermula dari temen?", tanyaku pada diriku yang lain (ini maksudnya ngomong sendiri). Oke, harus kuakui bahwa patah hatiku yang pertama kali (dan semoga terakhir kali) karena baper dan berharap sama teman (yang kuanggap) dekat, tapi ternyata dia tidak menganggap sebaliknya. Aku nggak mau terjebak dalam harapan yang sama yang membuatku jatuh (cinta) lalu merasa sakit (hati), padahal dianya nggak berbuat salah apa-apa, akunya aja yang kebaperan. Jadi, sekarang aku menganggap semua cowok temen deketku itu ya temen aja, nggak lebih. Mereka juga anggap aku sebagai temen baik aja kok, nggak lebih. Intinya aku tidak mau terjebak dalam harapan pertemanan. Ya, mungkin aku memang merasa nyaman sama beberapa temen cowok, yang kalau misal aku bingung tuh tanpa sadar nge-chat dia, yang kalau misal aku pas balik rumah tanpa diminta tuh ngabarin gitu. Aku sendiri juga merasa aneh, tapi yasudahlah... asal aku bisa menjaga batasan dan nggak mengembangkan perasaan-perasaan ini jadi baper berlebihan. 

Terkadang ada seberkas keinginan buat nanya ke mereka. "Heh... kalian tuh ada nggak sih rasa tertarik ke aku? wkwkwk. Atau minimal menganggapku sebagai lebih dari temen gitu, ada nggak sih?". Tapi pas mau ngomong, langsung tercekat di tenggorokan jadi malah keluar kalimat lain. Malah nanyain, "kamu masih deket sama si ini nggak sih? atau udah baikan sama si itu kah? atau kalian tuh masih sering chat-an nggak sih?". Dan tiap nanya itu, jawaban mereka "aku balikan sama mantan, Ning, dia bukan cewek baru"; "tak kasih liat ini fotonya (*nunjukkan foto cewek yg lagi di-PDKT-in)"; "barusan tadi pagi kami chat-an"; "besok aku mau jalan bareng si ono". Oke... memang udah nggak bisa berharap sih aku, karena jelas-jelas temen-temen cowokku (yg lumayan deket) udah pada taken semua.. wkwk.

Sekian cerita singkat (*sekaligus sambat) tentang OTW...

 

Comments

Popular posts from this blog

Apakah menikah harus berdasarkan cinta?

Suami idaman

Bapak