Buku, dan alasan jatuh cinta pada membaca.
Kurasa, tak ada yang lebih berjasa dari Bapak dan Ibuk yang memberi fasilitas untuk mengenal buku bacaan. Tak hanya menyekolahkan di sekolah formal untuk belajar membaca, tapi juga menjawab seluruh pertanyaanku tentang "huruf apa?" dan "ejaannya bagaimana?". Dulu saat belum bisa baca tapi sudah mengenal aksara; tiap baliho, iklan, dan nama toko yang berjajar di jalan selalu kutanyakan. Bersyukur alhamdulillah, Bapak dan Ibuk sabar menghadapi Wening kecil yang banyak tanya. Sampe sekarang sih, wkwk.
Perjalanan suka buku dan jatuh cinta pada membaca bukanlah suatu yang instan di hidupku. Selain difasilitasi berbagai bacaan seperti buku dongeng, majalah anak, komik sains, dan langganan koran (yaa... dulu aku suka baca koran, judulnya saja, wkwk kalau yang baca keseluruhan Bapak). Ibuk sering mendongeng sebelum tidur. "Man Paman", "Anoman Obong", "Kancil Nyolong Timun", "Keong Mas", "Bawang Putih Bawang Merah", dan "Ande-Ande Lumut" adalah beberapa dongeng yang sampai sekarang masih melekat dalam ingatan. Hal itu membuatku suka dengan alur cerita dan hikmah yang ada di dalamnya. Jika Ibuk sering mendongeng, Bapak sering mengajakku ke Toko/Pameran/Festival buku daripada taman hiburan. Jujur saja, seumur hidup seingatku cuma dua kali masuk Wonderia (semacam Dufan-nya Semarang); pertama memang family time (dan itu pertama kalinya naik roller coaster, umur 5 tahun, dipangku Bapak), dan yang kedua dapet kupon masuk gratis karena peringkat 10 besar waktu SD. Jadi, memoriku lebih banyak di toko buku dan pameran buku yang seru daripada naik bianglala/komedi putar/tong setan(?).
Sebelum kata "literasi" viral seperti sekarang ini, alhamdulillah orangtuaku sudah sadar pentingnya "literasi" untuk diajarkan sejak dini.
li.te.ra.si1 /litêrasi/
- n kemampuan menulis dan membaca
- n pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu: -- komputer
- n kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup
li.te.ra.si2 /litêrasi/
- n penggunaan huruf untuk merepresentasikan bunyi atau kata
- Berawal "suka gambarnya" baru "suka ceritanya
- Punya teman-teman yang gemar membaca
- Zaman SD teman dekatku suka membaca buku cerita di perpustakaan saat istirahat (mau nggak mau aku ikut dia lah, karena bingung mau main sama siapa). Karena itupun aku jadi suka baca buku cerita. Seingetku, ada satu buku yang membuatku menangis kala itu, judulnya "Seruni Sahabatku".
- Zaman SMP sahabatku suka banget baca, udah punya banyak koleksi buku dan kalau main ke mall kita selalu mampir ke toko buku. Karena dia, aku terhasut untuk membeli buku pertamaku (buku lain selalu dibeliin orangtua) yang jadi alasan utama aku suka baca buku-buku lainnya. "Jilbab Traveler" karya Asma Nadia.
- Zaman SMA makin maniak sama buku karena circle-ku anak-anak yang suka baca novel. Dan bahkan kita pernah main bareng ke perpustakaan daerah.
- Zaman kuliah, ternyata dari obrolan buku bisa membuat kita jadi teman dekat. Buku bacaanku kian beragam. Tak hanya novel tapi juga non fiks dan self improvement. Bahkan, kalau penasaran terhadap sesuatu, hal yang akan kucari adalah bukunya. Meskipun banyak informasi online yang tersebar di internet, membaca buku tak bisa mengalahkan kepuasan saat pertanyaan-pertanyaan pikiran kita terjawab dengan gamblang.
- Melihat banyak orang hebat yang kesamaannya satu: suka baca
- Semakin banyak baca, semakin merasa bodoh; jadi nggak bakal puas hanya menyelesaikan satu buku saja.
Comments
Post a Comment