Mau dijadiin makcomblang padahal diri sendiri belum dapet... wkwk

Di sela-sela nesiss ini, kenapa sih, ada aja hal aneh yang terjadi... wkwk. Pengen aja cerita tentang ini karena aku tak dapat memendamnya sendiri. Trus juga biar jadi pelajaran untuk AKU khususnya, supaya nggak mudah "ya ya" aja. Don't be a YES PERSON please!

Alkisah ada temanku yang sudah wisuda (dia laki-laki, sebut saja X). Lalu ada seorang teman lain (dia perempuan, sebut saja Y). Temanku bernama X sudah mempunyai pacar perempuan, sebut saja Z. 

Y melihat sebuah berita atau entah apa tentang wisudanya X, lalu tertarik untuk mengenalnya. Y ingat kalau si X ini juga adalah temanku, jadi tanpa basi-basi ia menanyaiku perihal X dan tentu saja minta untuk dikenalkan (intinya kek aku disuruh jadi perantara perkenalannya). Awalnya aku pikir, si Y mau kenalan sama si X karena akan mengundangnya menjadi pembicara seminar atau berbagi ilmu dan tips soal perkuliahan dan akademik. Betapa terkejutnya aku, ternyata maksud perkenalan itu bukan seperti yang kupikirkan... haha. Hayo tebak! Yups, maksudnya kek dikenalin sebagai cowok dan cewek gitu lho... ya Allah aku agak loading pekanya. 

Karena aku sudah tahu kalau si X ini sudah berpacaran dengan Z (yang mana mereka berdua jugalah kukenal), maka tanpa basi-basi aku langsung bilang. "Mbak, si X udah punya pacar lho." Tapi ntah kenapa, apa karena sudah sedikit "halu" (maap ya mbak... hehe), si mbak Y ini kek masih merasa ada peluang gitu buat kenalan sama X. Karena waktu itu dia belum tahu kebucinan X dan Z, dan pas liat fotonya di salah satu story-ku, si X ini berjauhan dari si Z (tentunya mbak Y sudah kukasih tau mana si Z, karena dia bertanya duluan). 

Satu hal yang terpikir pertama kali untuk menghentikan kehaluan mbak Y adalah dengan memberikan bukti nyata foto bucin X dan Z. Akhirnya kuberanikan diri untuk meminta foto bucin itu ke Z (tentu saja, karena dia perempuan, jd lebih mudah kalau buat minta-minta foto yekan). Foto bucin itu kukirimkan secara forward ke mbak Y, jd dia juga sadar kalau itu forward-an, dan tentunya karena kekepoan beliau yang cukup tinggi, mbak Y juga menanyakan "itu forward-an dari siapa? dari X kah?" dan kujawab "dari ceweknya mbak (maksudku si Z, tanpa menyebutkan namanya)". 

Meski sudah kutunjukkan foto bucin itu, mbak Y masih denial. Dia pun menanyakan apakah X punya kakak cowok atau adek cowok atau saudara cowok?  Dan akhirnya dia berkata: "Dakwahin dong wening kalo bukan mahraam". Subhanallah AllahuAkbar. Aku tuh paling males kalau dakwahin orang pacaran, karena sudah pernah kushare, baik di ig maupun di wa soal pacaran. Cuma ya kembali lagi ke diri masing-masing. Tugasku sudah selesai untuk sharing dakwah tentang bukan mahram, pacaran, dkk. Mereka pun seingatku juga pernah membaca beberapa postinganku perihal itu, jadi ya udah. Hmm... ini malah aku disuruh dakwahin orang pacaran. Ya Allah...

ini SS chat mbaknya (Y)

Btw kalian pasti bertanya-tanya. Kok mbaknya seperti sosok yang alim, tapi malah minta dikenalin sama cowok sih? Aku juga bingung konsep dia kek mana dalam melihat hubungan antar lawan jenis... hahaha. Pas aku tanya soal taaruf, apakah mbaknya mau mengusahakan taaruf dengan laki-laki yang dia tertarik lalu minta tolong dikenalkan ini, dia jawabnya "mungkin untuk saat ini belum karena sedang fokus tesis dan lulus dulu". HEH begimana maksudnya. Kalau belum mau serius ya nggak usah kenalan-kenalan lah... huhu. Lalu, saat kutanya lagi, mbak kenapa nggak ikut sesi taaruf-nya Lembaga Taaruf ABC aja kalau mau serius taaruf? Dia jawabnya, "takut nggak sih kalau sama orang yang nggak dikenal sama sekali". Hmmm.... Tak tau lah begimana maksudnya. Beliau muslimah alim, mau mencoba dikenalkan sama muslim soleh nan alim juga, tapi mungkin pemilihan perantaranya yang kurang tepat... hahahahaha. 

Dalam salah satu chat-nya mbak Y juga bilang "Kalau nemu yang pintar dan sholeh lagi tolong infornya ya...". Rasanya aku mau ngakak sambil nangis. Ya Allah... ini aja aku juga masih nyari belum ketemu-ketemu. Lha kok tiba-tiba dia minta dicariin... hmm. Ya kalau ada yang pintar dan sholeh, pastinya buat aku dulu lah... hahahaha. Masak langsung kukenalin ke orang lain sih. Agak kocak memang. Lucu sih ini. Pembicaraan anak2 pasca yang lagi pusing nesis tapi kepikiran jodoh padahal masih jomblo, wkwkwkwkwk. 

ini SS chat mbaknya (Y) juga

Di akhir chat, mbak Y bilang, "apakah X punya circle pertemanan cowok yang kira-kira bisa dikenalin?" Ya Allah, masih belum menyerah ya ternyata... wkwkwk. Pas aku jawab kalau ntar aku nanyain pas ketemu aja, beliau masih aja agak "maksa" ya buat nanyain via wa (jd kek seolah-olah harus kudu saat ini ditanyain gitu lho). 

ini SS chat mbaknya (Y) jugaaa

Lalu seminggu kemudian, saat aku kebetulan ketemu si X. Kuceritakanlah tentang ada mbak-mbak yang mau kenalan. Belum selesai aku cerita, baru sampe bilang mbaknya kayaknya "tertarik", bukan kenalan untuk dijadiin pembicara atau sharing ilmu, si X langsung mengalihkan pembicaraan dan beranjak pergi. Di situ posisinya aku bertiga sama temen lainnya yang tidak tau apa-apa, sebut saja Budi (nama samaran ya tentunya... hahaha). Saat masih di pintu, kuperjelas pertanyaan terakhir, "X, si mbaknya itu nanya kamu ada circle apa engga, mau minta dikenalin ke circle-mu". Langsung dia tunjuk si Budi, "itu circle-ku mbak". Btw X dan Z memanggilku "mbak" karena memang aku angkatan lebih tua dari mereka. Setelah si X ini pergi, Budi bilang "menghindar itu dia, keliatan banget menghindarnya". 

Udah kelarlah cerita di kampus itu. Tapi pas sampe kos, makdeg. Tiba-tiba aku kepikiran, Ya Allah, tadi aku lancang banget nggak sih, nanyain perihal pribadi di ruang publik, mengarah ke love life lagi. Pas inget-inget lagi kejadiannya, yang si X mengalihkan pembicaraan, menghindar, lalu pergi. Tetiba aku merasa bersalah. Ya Allah, aku ini kok terlalu polos sekali. Mau-mau aja nanyain circle seseorang karena dimintain tolong sama temanku lainnya. Aku ngerasa kek nggak sopan banget ternyata tadi. Astaghfirullah. 

Lalu sejenak setelah sampe kos, aku langsung chat si Z (ceweknya X) untuk meminta bantuannya menyampaikan permohonan maafku ke si X. Karena aku merasa bersalah sudah lancang dan sembrono, dan kalau mau chat juga takut. Malah akhirnya kita berdua (aku dan Z) saling cerita secara terbuka. Kuceritakan semua kronologinya, gimana sampe aku mintain dia foto bucin, sampe kejadian di kampus tadi. Tak kuduga, selain mengucapkan terima kasih karena telah menghindarkan hubungan mereka dari perempuan tak dikenal (alias si Y), si Z malah curhat. Intinya, dia sebenarnya punya overthinking, takut pacarnya (si X) mendua. Bukan karena dia tak percaya kalau X mencintainya (ealah kok kayak novel ini lama-lama tulisanku), tapi karena ada perempuan yang "ngejar" si X gitu lho. 

Lalu dia juga curhat betapa takutnya sama kisah Wendy Walters & Reza Arap. Kalau dari ceritanya dan aku cek di media sih, si Arap ini selingkuh tapi rapi banget bahkan temen-temennya Wendy ini juga ikut menutup-nutupi. Si Z takut dan overthinking, "jangan-jangan orang-orang terdekatku juga kayak gitu (menutupi perselingkuhan pasangannya)". Dia bilang, "mbak jangan gitu yaaa". Kujawablah, "makanya aku berusaha nunjukkin bukti nyata kalau temen itu udah ada pasangan, jadi nggak bikin baper yang lainnya". 

Jujur, aku pernah ada di posisinya mbak Y, yang "tertarik" sama seseorang tapi sama sekali nggak tau apakah dia punya pasangan atau engga. Karena aku tau rasa sakitnya setelah kita terlalu berharap pada orang yang ternyata sudah berpasangan (karena kita tidak tahu dan orang yang bersangkutan juga terlihat jomblo). Maka, langsunglah kutunjukkan bukti-bukti nyata supaya mbak Y tahu dan tersadar dari kehaluannya ini. Ya bener sih, mbak Y berterima kasih karena aku telah memberitahunya, sehingga dia tidak tenggelam dalam kekaguman yang makin dalam. Tapi, aku juga terlalu polos untuk "ya ya" aja buat nanyain circle si X ini... hahahahaaha. 

Harusnya sih aku diem aja, nggak usah sok-sok bantu mbak Y buat nanyain circle pertemanannya X yang malah membuatnya nggak nyaman lalu menghindar dan pergi. Akhirnya aku lega juga udah cerita semuanya ke si Z, plong banget. Karena aku kek merasa bodoh banget, nggak bisa membedakan mana yang perlu disampaikan dan mana yang harus diabaikan. Jadinya kan nggak akan se-random dan se-awkward ini. Hahahaha. Jelaslah si X menghindar, tanpa tedeng aling-aling, makbedunduk, ujug-ujug, aku nanyain perihal pribadi di ruang publik, mana ada temen lainnya pula. Bagusnya sih, dengan menunjukkan ketidakpedulian itu, berarti si X masih berusaha menghargai perasaan si Z sebagai pasangannya (btw ini kusampein juga ke Z pas chat-an). 


HIKMAH DIBALIK KISAH:

  • Jangan jadikan seorang jomblo (atau yang belum menikah) untuk menjadi perantara perjodohan atau taaruf. Menurutku itu sih agak kurang etis aja. Karena sang jomblo juga lagi sama-sama nyari jodoh... hahahah. Kalau kita minta dikenalkan oleh seseorang yang sudah menikah, kan pasti beliau lebih punya pengalaman gimana caranya menyesuakan diri sebagai perantara. Mereka yang sudah menikah juga bisa berdiskusi ke pasangannya terkait per-makcomblang-an itu. 
  • Berlatihlah untuk membedakan mana yang perlu disampaikan dan mana yang harus diabaikan.
  • Jangan jadi YES PERSON, karena itu bisa jadi beban. Meskipun kamu ngerasa "kan cuma gitu doang, pekerjaan ringan kok, nggak butuh waktu lama, dll". Woyy, bebannya itu bukan perkara hilang waktu luang atau sulit/mudahnya, tapi lebih ke beban psikologis/batih... wkwk. 

Akhir kata, alhamdulillah. Akhirnya unek-unekku di kepala sudah keluar. Habis ini mau lanjut nesis lagi.. Bye. 😭

Comments

  1. Kalo kamu dah dapet, boleh lah wen cariin aku juga hahaha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apakah menikah harus berdasarkan cinta?

Suami idaman

Bapak