09-11-2024
Nggak sadar, ternyata udah lama banget aku nggak nulis di blog ini. Bahkan sepanjang tahun 2024, ini pertama kalinya aku kembali membuka blog, dan menulis lagi. Huaa... bingung banget mau nulis apa karena banyak banget hal yang terjadi selama hampir sebelas bulan ini.
Satu hal yang bener-bener kerasa adalah... aku udah lulus kuliah dan akhirnya (mau nggak mau) harus menghadapi dunia dewasa yang ya tau sendiri lah. Memang, kuakui... studi lanjut S2 kemarin adalah "pelarian" ku karena ketidaksiapan diri menghadapi dunia kerja. Rasa-rasanya ilmuku masih belum mumpuni dan mentalku belum tahan uji.
Kadang aku bingung sendiri, ya Allah kenapa rasanya aku kayak terjebak di usia 17/18 tahun? Masa-masa ketika hal yang kupikirin cuma sekolah aja, plus organisasi tipis-tipis. Rasanya pengen istirahat setiap Sabtu-Minggu, rebahan sambil baca buku, dan nggak overthinking soal kejadian mengejutkan apakah yang akan terjadi setelah aku bangun pagi.
Satu lagi yang aku sadar tapi bebal. Aku orangnya mageran, nggak peduli sekitar, egois dan bodo amat akan banyak hal. Aku sadar harus berubah, tapi ternyata... memperbaiki diri tak semudah sidang skripsi. Wah... sok sokan lu Ning. Enggak guys, beneran... karena sidang skripsi adalah kepentingan diri, sedang memperbaiki diri jadi lebih peduli adalah "pengorbanan" diri. Nggak sebanding.
Note: btw maap banyak nggak nyambung bin aneh ya tulisan ini, krn memang mau nulis semauku.. hahahahha
Pada usia yang sudah beranjak dewasa ini, jujur aku merasa agak kehilangan arah dan bingung sama diri sendiri. Apakah ini yang namanya fase Quarter Life Crisis? Ya Allah bantu aku melewatinya.
Akhir-akhir ini, banyak banget nasihat yang serupa tapi disampaikan dengan cara yang berbeda, di tempat dan waktu yang berbeda, oleh orang yang berbeda, tapi kesemuanya adalah orang-orang yang kuhormati. Intinya ada dua:
- Jangan lupa cari jodoh
- Jangan kebanyakan berpikir
Pengen membela diri tapi selalu kicep pas beliau-beliau masih menasihati. Jadinya ya senyum aja dan "nggah nggih nggah nggih", padahal dalam hati udah teriak sambil nangis.
Tentang mencari jodoh
Dulu aku bingung banget gimana cara mencari jodoh untukku yang orangnya super introvert ini. Yang malu banget buat menyapa orang duluan, yang sering kehabisan kalimat basa-basi, yang susah ngobrol seru sama orang baru. Apalagi prinsip "membatasi interaksi dengan lawan jenis" sudah kupegang sejak SMP/SMA.
Beberapa orang menyarankan, "coba kamu proaktif lah Ning, pdkt duluan sama cowok".... huaa it's not me. Itu bukan aku banget.
Sekarang, setelah riset kesana kemari, kemungkinan besar jalan ta'aruf yang disertai perantara adalah jalan terbaik. Interaksi tetep bisa terjaga, tapi ikhtiar "mencari jodoh" bisa jalan. Tapi kan itu semua butuh proses. Aku udah berusaha kok mengenali diri sendiri, udah berusaha bikin CV ta'aruf yang ternyata nggak semudah itu, udah berusaha ngobrol sama beberapa kepercayaan untuk dikenalkan ke seseorang yang mungkin bisa klop. Tapi kan itu semua butuh proses.
Seringkali malah aku merasa belum siap. Takut ini, takut itu, khawatir ini, khawatir itu. Aku yang dewasa cuma dari umur aja (secara nyata masih kayak anak-anak) merasa masih belum siap. Tapi kalau nunggu siapnya, kapan?? Nggak tau. Kutanyakan pada Ibuk, "Bu, apakah menurut Ibu aku sudah cukup dewasa untuk membina rumah tangga?". Jawaban ibu,"Belum sepenuhnya, tapi kamu bisa belajar terus seiring waktu. Di usiamu sekarang, Ibu bahkan sudah merelakan kalau kamu dipinang sama laki-laki saleh yang bisa membimbingmu ke jalan-Nya."
Lagi-lagi karena usiaku yang sudah "tua". Padahal usia hanyalah angka :(
Tentang Over-Thinking alias kebanyakan mikir
Sebagai perempuan, aku sering dibatasi banyak hal, terutama sama Ibu. Itu pulalah mungkin yang membuatku terlalu banyak mikir sebelum mengambil keputusan. Nanti kalau begini jadinya gimana? Kalau begitu jadinya gimana? Kalau begini-begitu apakah jadinya sesuai harapan?
Beda dari Bapak yang sering memberiku kebebasan. Bahkan aku pernah dimarahi, "Nanti kalau Bapak/Ibu udah nggak ada, kamu harus bisa buat keputusan sendiri lho Mbak!" Saking seringnya aku minta pendapat orangtua sebelum bertindak.
Aku punya banyak rencana dan puluhan cita-cita. Tapi kenapa ya banyak orang bilang, "Nikah dulu aja sebelum itu. Nanti semakin takut lho cowok buat ndeketin kamu." "Tunda dulu aja rencana S3-nya, nanti setelah menikah aja." Jadinya aku bingung sendiri. Mungkin karena aku tak hanya mendengar suara hati, tapi juga suara-suara lain di luar diri.
Yaah... sepertinya memang benar. Aku masih terjebak pada kondisi Quarter Life Crisis maybe.
Ya Allah tolong kuatkan, bantu aku perbaiki diri, bantu aku melewati semua ini.
Comments
Post a Comment