PROCRASTINATE ON PURPOSE
Buku ini kubeli pas lagi diskon kayak yang kuceritain di postingan ini. Ya, berarti belum sampe dua bulan udah selesai kubaca. Jujur, aku tertarik sama buku ini dari judulnya yang ada kata "Procrastinate". Kata itu jadi kosakata baru yang aku denger di tahun 2020 lalu dari salah seorang dosen favorit. Beliau bilang kalau beliau sendiri merupakan orang yang "procrastination" (biasanya dikenal dengan istilah deadliner), tapi beliau berusaha buat produktif dan ngasih tips-tips gitu, ngasih rekomendasi aplikasi produktivitas dan ngirim link video YouTube ini.
Setelah kupikir-pikir, ternyata aku juga seorang procrastinate alias suka menunda-nunda... wkwk. Jadi, pas liat buku ini kok kayak mendukung seorang procrastinate dan lagi diskon 70%, fix mau beli saya. Soalnya aku merasa buku self improvement kaya gini itu salah satu investasi yang penting buat dibaca.
Baca awal-awal buku ini udah bikin aku termotivasi. Di sini dikatakan bahwa istilah manajemen waktu itu tidak tepat, karena waktu nggak bisa diubah, bersifat tetap, dan nggak bisa diapa-apain lagi apalagi diatur. Yang bisa kita kelola dan bisa diatur adalah diri kita sendiri. Ya, manajemen diri adalah istilah yang lebih tepat.
Jujur. Akhir-akhir ini aku merasa manajemen waktu itu hal yang basi. Tips-tips manajemen waktu, aplikasi produktivitas, cara ini dan itulah, bikin TO DO LIST, dkk bukannya bikin aku jadi produktif, malah membebani diri dan berujung stress, serta berakhir tanpa dikerjakan segera alias menunda-nunda. Ya, menurutku manajemen waktu udah basi dan ternyata buku ini mendukung pemikiran seperti itu, jadi aku merasa ada pembenaran atas pemikiranku tadi. Bukan manajemen waktu, tapi manajemen diri lah yang lebih tepat.
Satu lagi, di buku ini juga dijelaskan bahwa Life Balance alias keseimbangan hidup adalah MITOS, bahkan tidak layak untuk dikejar. Yang lebih masuk akal yaitu menitikberatkan ketidakseimbangan fokus dan energi pada arah yang diinginkan selama waktu singkat untuk menciptakan waktu yang diinginkan.
![]() |
Bukunya bagus kan, kek terpercaya gitu karena ada foto penulisnya... wkwk |
Sesuai sama covernya yang tertulis "5 izin untuk melipatgandakan waktu Anda", dalam buku ini ada tiap bab yang membahas masing-masing dari kelima izin yang dimaksud. Ada ilustrasi pendukung yang memudahkan pembaca dalam memahaminya.
Oke, akan kujelasin apa aja sih 5 izin yang perlu dilakukan.
Mengeliminasi → Izin untuk Mengabaikan
Aktivitas atau kegiatan tak signifikan perlu dieliminasi (misal: nonton TV, scrolling medsos, dkk). Karena hal itu tidak menghasilkan apapun, justru membuat waktu sia-sia. Kegiatan apapun itu yang bisa diabaikan, harus diabaikan. Kita harus mengizinkan diri untuk mengabaikan hal-hal tak penting atau yg tak mempengaruhi hidup kita.
"Kesempurnaan tercapai bukan ketika tidak ada lagi yang perlu ditambahkan, tetapi ketika tidak ada yang tersisa untuk dilenyapkan."
Pertanyaan yang perlu diajukan untuk mengetahui apakah kegiatan itu bisa dieliminasi yaitu: "Apakah tanpa aktivitas ini tetap dapat melanjutkan hidup?". Jika jawabannya "Ya" berarti bisa dieliminasi.
Mengotomatiskan → Izin untuk Berinvestasi
Hal-hal yang kita lakukan berulang-ulang dan terus-menerus juga dapat menghabiskan waktu kita. Jadi, jika hal itu dapat diomomatiskan, maka waktu kita jadi lebih bermanfaat untuk hal lain. Waktu adalah uang. Kalau waktu terbuang percuma, sama aja kita buang uang. Contoh: membayar tagihan online. Misal kita butuh waktu 5 menit dalam sebulan, kalau dikali 12 (setahun) udah sejam, padahal waktu sejam itu bisa kita gunain buat hal lain kalau pembayaran tagihan online udah diotomatiskan. Padahal kegiatan2 kayak gitu ada banyak... waa...
Lebih baik mengotomatiskan daripada melakukan manual. Dengan otomatisasi berarti kita bisa menginvestasikan waktu kita untuk hal lain yang lebih signifikan.
"Apapun yang membuat waktu Anda terbuang berarti membuat uang Anda juga terbuang percuma."
Pertanyaan yangperlu diajukan untuk mengetahui apakah kegiatan itu bisa diotomatiskan yaitu: "Apakah aktivitas ini sesuatu yang dapat dibuat sistematis?". Jika "Ya" berarti bisa.
Mendelegasikan → Izin untuk Tidak Sempurna
Kebanyakan orang tak mau mendelegasikan pekerjaannya karena: 1) Uang, 2) Perfectionist. Nah, untuk masalah uang karena tidak bisa membayar seseorang, sebenernya harus ditanyakan lagi pada diri. Berapa banyak justru yang dirugikan kalau kita menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan sendiri? Lalu untuk yang kedua ini, karena perfectionist, memang sulit karena sebenernya itu masalah emosi dan kekhawatiran kita terhadap hasil kerja orang lain yang lebih buruk daripada kita. Hmm.. maka, kita harus belajar untuk tak sempurna, ya perfectionist ini memang seringkali justru tidak menguntungkan dan malah jadi beban diri.
"Dan kita juga harus sadar, ketidaksempurnaan itu tak membuat seorang pun mati".
Mungkin orang lain tidak bisa mengerjakan sebaik kita, tapi seiring waktu pasti akan baik. Dan dengan kita membiarkan orang lain melakukan kesalahan, sama aja kita membuat orang itu untuk belajar dan jadi lebih baik lagi.
Pertanyaan yang perlu diajukan untuk mengetahui apakah kegiatan itu bisa didelegasikan yaitu: "Dapatkah aktivitas ini dikerjakan orang lain?". Jika "Ya" berarti bisa.
Menunda → Izin untuk Tidak Tuntas
Terkadang, hal yang dilakukan terlalu cepat dan buru-buru akan mendatangkan biaya tak terduga yang lebih besar. Jadi, sebagai seorang Multiplier, jangan terlalu cepat, tapi juga jangan terlambat. Tepat waktu. Nahh.. di sini kita harus pahami penundaan yang dimaksud di buku ini. Penundaan yang dimaksud yaitu Procrastinate on Purpose (Menunggu dengan Disengaja).
Tidak bertindak akibat sikap sesuka hati → Pendundaan.
Tidak bertindak akibat dari satu tujuan → Kesabaran (Menunggu dengan Disengaja).
Contoh: Menunda membuka email supaya semua email masuk terkumpul dan bisa menjawab sekali saja pada email yang mirip. Menunda belanja untuk diakumulasikan tiap minggu atau tiap bulan, sembari nunggu diskon (ini nih yang biasa kulakuin biar bisa beli buku murah). Mayan kan...
"Pencemas biasanya ingin memikul seluruh beban dunia dan mereka merasakan tekanan untuk melakukan semuanya dan melaksanakannya sekarang juga. Mereka harus memberikan izin untuk Tidak Tuntas pada diri sendiri dan belajar untuk bersikap tenang menerima berbagai hal yang biasa-biasa saja. Tidak ada salahnya melambat."
Pertanyaan yang perlu diajukan untuk mengetahui apakah kegiatan itu bisa ditunda yaitu: "Dapatkah aktivitas ini ditunda sampai nanti?". Jika "Ya" berarti bisa.
Berkonsentrasi → Izin untuk Melindungi
Nahh.. kalau aktivitas/kegiatan/tugas itu nggak bisa dieliminasi, diotomatiskan, didelegasikan, maupun ditunda. Hal yang perlu kita lakukan sekarang adalah Berkonsentrasi. Fokus. Lindungilah prioritas kita, bukannya prioritas orang lain.
"Mengabaikan hal-hal kecil sementara waktu sehingga Anda dapat Berkonsentrasi pada hal-hal besar."
Jika seluruh pertanyaan pada poin sebelumnya adalah "TIDAK", saatnya kita memberi izin untuk melindungi prioritas kita dengan Berkonsentrasi.
⭐⭐⭐⭐⭐
Comments
Post a Comment