Batasan Pertemanan

Banyak di antara kita (mungkin) yang masih bingung batas pertemanan itu bagaimana. Apakah dia yang sebatas tau nama, alamat, nomor saja? Atau dia yang sudah pernah ke rumahmu, kenal dengan orangtua, memahami sifatmu dan selalu siap membantu? 

Dalam Islam, terdapat tingkatan-tingkatan persaudaraan, yaitu Ta'aruf, Tafahum, Ta'awun, Takaful, dan Itsar. Tiap tingkatan ini udah urutan dari awal yaa. Jadi tingkatan pertama itu Ta'aruf, sedangkan tingkatan terakhir dan tertinggi itu Itsar. Menurutku, tingkatan ini bisa dijadikan patokan untuk memberikan batas pertemanan kita. 

Wait, aku coba jelasin dulu yaa. 

Ta'aruf (Saling Mengenal)
Pada tingkatan ini, kita mengenal nama seseorang serta ciri-ciri fisiknya (misal yang hidungnya mancung, matanya biru, tinggi, suaranya tegas, dll). Selain itu, juga tau alamat rumah, mengenal keluarga, mengetahui sifat dan karakter, tau pemikiran, visi dan misi, serta emosi (hanya sebatas tau). 

Tafahum (Saling Memahami)
Setelah mengenal fisik dan sifat, tingkatan selanjutnya yaitu saling memahami. Sudah memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta apa yang disukai dan tidak disukai. Jadi bisa menyesuaikan saat sedang bersama. Misalnya nih, aku nggak suka orang yang ngerokok, jadi kalau dia udah mencapai tingkatan ini, dia paham dan akan menghindari merokok di depanku. 

Ta'awun (Saling Menolong)
Saling menolong bukan hanya sekadar kebutuhan semata, tapi sudah terbiasa dan tidak menjadi beban. Saling menolong dan membantu dalam kebaikan tentunya. Hal ini pun dilakukan dengan niat yang tulus, tanpa mengharap feedback, hati yang bersih dan perasaan bahagia bisa saling menolong. 

Takaful (Saling Menanggung)
Pada tingkatan ini, kita bisa saling merasakan suka dan duka bersama. Saat ada masalah yang dilalui, maka kita akan saling menanggung. Tak hanya bersimpati saja, tapi ikut kontribusi dalam menyelesaikan masalahnya.
Trus apa bedanya sama tahapan ta'awun? Kan sama-sama saling menolong...
Menurutku, kalau ta'awun lebih pada hal yang tidak berat, misalnya membantu membawakan barang, menitip sesuatu, atau menumpang saat pergi bersama. Nah, kalau takaful ini misalnya ikut menanggung biaya kuliah serta biaya hidup.

Itsar (Mendahulukan orang lain sebelum diri sendiri)
Ini tingkatan tertinggi dari sebuah persaudaraan. Misalnya, dalam keadaan kehausan banget tapi ada saudara kita yang juga kehausan, maka kita mendahulukan saudara kita dahulu. Nah, menurutku ini tuh yang disebut dengan selfless (ada di postku judulnya "Pertolongan Pertama vs Self Love").

Kalau dari aku pribadi, membagi hubungan dengan seseorang dalam beberapa lingkaran. Makin berada di lingkaran kecil, berarti makin intim. Dari luar ke dalam urutannya kenalan, teman, teman dekat, sahabat, keluarga. Kenalan itu orang yang cuma sebatas tau nama, bisa ketemu atau kenal dari medsos. Teman itu orang yang sudah mencapai tingkatan pertama, yaitu Ta'aruf.  Teman dekat adalah dia yang sudah mencapai tingkatan kedua yaitu Tafahum. Kalau sahabat, dia sudah ada di tingkatan ketiga yaitu Ta'awun. Nah, kalau keluarga (yang kumaksud di sini hanya keluarga inti, yaitu orangtua, adek, kakak) serta partner masa depan nanti alias suami (atau bagi kalian yg cowok berarti istri) sudah masuk pada tingkatan keempat, Takaful atau bahkan bisa mencapai level tertinggi, Itsar.

Nah, jadi menurutku batasan pertemanan itu pada tingkatan kedua, yaitu Tafahum. Kalau dia seorang laki-laki dan bukan mahramku, hanya bisa mencapai batas tingkatan kedua ini (yaa, karena aku beranggapan kalau cowok cewek gabisa sahabatan). Kalau dia seorang perempuan, bisa masuk ke circle sahabatku. Oh iya, menurutku juga batasan teman itu bisa saling membantu tapi pada hal-hal yang sifatnya kebutuhan dan umum, tidak menyangkut hal yang cukup pribadi, dan sifatnya lebih kayak memanusiakan manusia, misalnya masalah pendidikan atau membantu saat terkena musibah.

That's my opinion. Tiap orang memiliki batasan pertemanan masing-masing, kembali lagi pada prinsip hidup yang dia pegang. Aku nggak masalah juga sama orang yang batasan pertemanannya lebih dalem daripada aku, it's okay. Kita hanya perlu menghargai. Karena menghargai itu bukan berarti menyetujui, ya kan? Wkwk. 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apakah menikah harus berdasarkan cinta?

Suami idaman

Bapak