"Apologia Latte" Ketika Cinta Menyisakan Luka


Buku ini buku kedua dari tetralogi Sirruhart. Buku pertamanya udah aku ceritain di sini. Kalau di buku pertama lebih menceritakan Jihan, temen paskibra Rafli, buku kedua ini menceritakan cewek yang berbeda lagi.

Ntah kenapa malah jadi kesel sama Rafli yang playboy-nya ampun ampunan. Masih pacaran sama Gia, eh.. punya rasa sama Jihan, ya walaupun mereka akhirnya cuma berteman aja. Terus di sekolahnya setelah balik dari tugas pengibaran bendera, mulai tumbuh perasaan ke Sarah.. astaghfirullah.

Karakter Rafli ini menurutku unik. Dia anak yang cenderung pendiam, tapi aktif di beberapa ekstrakurikuler. Alim, hafal berbagai kitab, pinter ngaji, tapi playboy dan suka pacaran. 

Kalau di buku pertama nyeritain tentang Pemusatan Latihan Paskibra, buku kedua ini nyeritain sekembalinya Rafli dari kegiatan tersebut dan sibuk dengan acara Gempas (lomba Paskibraka gitu). 

Banyak banget kisah suka duka organisasi dalam menyelenggarakan event besar. Aku jadi relate sama ceritanya karena kehidupannya tuh mirip kek jamanku SMA dulu. Revisi proposal, minta ttd Kepsek, keliling nyari sponsor, sibuk sosialisasi dan rapat, berangkat gasik pulang petang udah biasa. 

Kalau di buku pertama Rafli masih pacaran sama Gia, di buku kedua ini mereka putus dan akhirnya Rafli memilih Sarah. Astaghfirullah.. kok bisa-bisanya gitu lho, baru beberapa hari putus udah pacaran sama orang lain.

Karena baca buku ini, aku jadi sadar banget kalau pacaran bener2 maksiat dan nggak penting. Si Rafli pun sebenernya juga menyadari itu, tapi agaknya dia belum bisa menahan nafsu dan terjerembab ke dunia pacaran. Pacaran emang gerbang zina sih. Bahkan di dalam bukunya juga tertulis kalau dia nanti ta'aruf aja buat nyari istri. Ealah... urik banget yaa, mau dapet istri salehah dengan ta'aruf, tapi sebelumnya coba2 pacaran.. hadeuh. 

Ada kisah tragis antara Rafli dan Sarah. Ternyata Sarah ini cewek yang bisa dibilang kurang beruntung dan punya latar belakang kurang baik. Orangtuanya broken home, terjerumus pergaulan bebas, bahkan pernah menggugurkan kandungannya (you know what I mean). Rafli pun juga nggak kalah menyedihkan, dia anak di luar nikah dan nggak tau ayahnya siapa. Ibunya hamil setelah pulang dari luar negeri pas jadi TKW. Tapi Rafli udah punya ayah tiri dan akan punya adek juga. Seringkali Rafli merasa jadi anak yang tidak diharapkan kehadirannya. 

Dari latar belakang Sarah yang kayak gitu, dia jadi posesif banget sama Rafli, cemburuan, dan karena dia nggak mau ada orang lain yang bisa mendapatkan hati Rafli, tindakan nekad pun dilakukannya. Yups... Rafli diberi latte beracun sampe dia meninggal. Serem banget kisahnya. 

Nggak berhenti di situ. Ternyata Rafli belum ditakdirkan untuk pergi selamanya, dia mati suri. Tapi adek di kandungan ibunya tak terselamatkan (karena ibunya nangis terus di depan jasad Rafli, syok dan perdarahan). Ini tuh kayak seolah2 Rafli dan adeknya bertukar nyawa.. nggak tau juga yaa.. kan novel fiksi. 

Bagian akhir buku ini, bener2 cukup aneh menurutku. Jadi ceritanya bersambung-sambung dari sudut pandang banyak tokoh. Jadi tuh, dalam satu kejadian diceritain dari sudut pandang banyak tokoh, nggak cuma tokoh utama. Sebenernya bagus siih konsepnya, pembaca jadi tau keseluruhan ceritanya, tapi terkesan sangat dipaksakan untuk nyambung tiap kalimatnya. 

Overall.. bintang tiga buat buku ini

⭐⭐⭐


NB:

Aku mau cerita tentang penamaan Paskibra ini. Jadi, karena baca buku ini, aku nanya ke temenku yang dulunya juga anak Paskib di SMA tentang lomba paskibra di SMA-ku dulu. Ternyata emang bener namanya hampir mirip sama novel ini (depannya sama2 huruf G), kalau di novel ini Gempas, kalau di SMA-ku dulu Gayadha. Nah, dia juga njelasin kalau nama yang bener itu Paskibar bukan Paskibra. Hmm.. berarti emang bener novel ini udah lama terbitnya jadi masih pake istilah Paskibra.



Comments

Popular posts from this blog

Apakah menikah harus berdasarkan cinta?

Suami idaman

Bapak