Refleksi 2024
Seperti biasa, akhir tahun akan menulis refleksi dan hikmah di balik kisah selama setahun ini.
Awal tahun 2024, targetku untuk lulus alhamdulillah sudah tercapai. Ikut yudisium periode Januari 2024 dan jadwal wisudanya April 2024. Lulus lebih lama dari target, sepertinya tidak perlu disesali. Karena ternyata ada beberapa hikmah yang bisa kuambil. Salah satunya adalah bisa sedikit ngobrol personal dengan dosen idolaku yang kini jadi Kaprodi Pascasarjana, Pak I Made Andi Arsana. Yups, tahun 2023 jadi tahun pergantian Kaprodi, dan Kaprodi barunya adalah beliau. Otomatis yang tanda tangan di Lembar Pengesahan tesisku adalah beliau. Sesi minta ttd tesis, kumanfaatkan pula untuk ttd buku... wkwkwk
Februari 2024 juga jadi bulan yang both sad and happy. Sedih karena mau pindahan dari Jogja, yang udah kutinggali 2 tahun-an ini. Kayaknya aku belum bisa move on sama tenang dan riuhnya Jogja-Sleman. Senengnya, aku dapet kesempatan buat jadi tim yang nemenin mahasiswa dari Nagoya University, Jepang. Mereka sangat ramah dan cheerful, dan ini jadi pertemanan internasional pertamaku... sooo happy.
Maret 2024 saat bulan Ramadan, aku memutuskan untuk ke Lampung, di rumah Mbakku. Dia bener-bener orang yang bisa merayu... katanya, "Kapan lagi kamu ada kesempatan ke sini dalam rentang waktu yang lama? Sembari nunggu wisuda yang masih bulan April itu... ayoklah ke sini pas Ramadan sampe Lebaran." Baiklah, aku terbujuk rayuannya dan hampir sebulanan tinggal di rumah Mbakku, momong ponakan, silaturahmi ke keluarga besarnya Mas iparku, dan tentunya jalan-jalan ke kota. Ini tahun pertamaku Lebaran Idul Fitri di Lampung, emang agak mirip sih vibes-nya. Karena keluarga besar Mas iparku asli Jawa, wkwkwk. Tapi karena beda lokasi, budaya makanannya ada yang sedikit berbeda. Di sini ada yang namanya Buras, mirip lontong tapi dibungkusnya kayak tempe daun pisang gitu.
Tahun ini, aku ke Lampung bahkan sampai 2 kali. Pertama saat Ramadan dan Lebaran di rumah mbakku. Kedua, saat survei bareng tim riset. Pengalaman berharga aku bisa pergi sendiri naik kereta pertama kali Semarang-Jakarta PP. Lanjut otw Lampung bareng rekan-rekan profesional, istilahnya Perjadin apa yak.. Perjalanan Dinas.
Salah satu paper kolaborasi riset juga publish tahun ini (paper conference sih), tapi aku jadi penulis kedua... ya Allah terharu banget. Ya lumayan lah pencapaian tahun ini di bidang akademik.
Pengalaman mencari kerja pertama kali bagi seorang freshgraduate yang nol pengalaman kerja... hahahaaa. Akhirnya, hal yang kuhindari bertahun-tahun lalu datang juga. Saat ketika "mau nggak mau" aku harus cari kerja.
Saat aku bilang, "aku mau jeda sejenak ah... pengen istirahat dari mikir dulu, self reflection..." tapi beberapa orang di sekitarku bales, "ya jangan... udah sekolah tinggi-tinggi masak nganggur..." Sampai akhirnya aku dapet kerja pertama kali, yang tentu saja dapet infonya dari networking, lalu aku mengeluh ini-itu masalah kerjaan. Ibuku bilang, "ibu nggak memaksamu nyari kerja kok... kalau mau resign ya resign aja! itu kan pilihanmu..."
Huaaa... mau nangis tapi bingung. Lah, iya juga. Aku ini sebenernya pengen kerja nggak sih?
Saat-saat nganggur dan duitku mepet banget (baik cash maupun di rekening), lalu ada temen yang ngasih undangan nikah, ada kabar lelayu, ada kabar musibah... rasanya bingung banget sambil nangis. Ya Allah... tolong bantulah aku cari kerjaan biar bisa pegang duit. Tapi saat udah ada kerjaan dan punya penghasilan, malah sambat lagi... ya Allah.
Terkait karier dan kerjaan, aku menyadari sesuatu.
- Networking adalah kunci utama mencari kerja di Indonesia. Ini bukan maksudnya curang pake orang dalem gitu yaa. Tapi, informasi lowongan kerjaan itulah yang jadi tujuannya punya networking. Semakin banyak orang-orang profesional yang kamu kenal, semakin banyak pula info loker yang kamu dapatkan beserta tips and trick sistem seleksinya.
- Ternyata, emang kalau kita mau mengorbankan waktu tidur/istirahat buat kerja itu ya beneran bisa menghasilkan duit. Ternyata, kerja itu kita jualan waktu.
- Di mana-mana, bos emang pengen memperoleh hasil kerjaan kita yang terbaik, tapi feedback dari beliau bergantung kepribadian masing-masing. Bos yang baik ya baik aja apa adanya, bos yang "kurang" ya udah karakternya "kurang" aja. Tinggal kitanya mau bertahan atau engga, dan pilihlah dengan bijak.
- Bagi freshgraduate "jangan pilah-pilih kerjaan" itu perlu diterapkan, karena yang penting kita nyemplung dulu di dunia kerja dan rasakan sensasinya. Tapi, setelah merasakan dan dirasa kurang baik untuk diri sendiri (entah jadi kena mental, jauh dari keluarga, atau hal negatif lainnya), pilah-pilih kerjaan itu sangat perlu. Kembali lagi, kita kerja cari duit. Tapi kalau duitnya terus mengalir untuk bayar psikolog, bayar obat, dkk ya sama aja... kita malah nggak menikmati hasil kerja. Dan yang tahu batasan "apakah aku masih bisa bertahan atau engga di kerjaan ini" adalah dirimu sendiri.
- Ada yang bilang, "jangan berteman secara personal dengan rekan kerja". Tapi menurutku boleh-boleh aja, asalkan kita juga pilih-pilih karakter teman. Seperti halnya punya tetangga, rekan kerja bisa jadi kita butuhkan pada saat-saat mendesak.
Itulah sedikit pelajaran yang bisa kuambil setelah nyemplung di dunia kerja sebentar (belum nyampe setahun... hahaha). Jadi mungkin tahun depan atau depannya lagi, pandanganku di atas bisa berubah seiring dengan pengalaman kerja yang lebih lama. So, jangan dijadikan patokan yaa, jadikan pembelajaran aja.
Oh iya, tahun ini juga kali pertama aku mendaftar CPNS. Ya memang cukup ribet sih pendaftarannya. Mulai dari drama heboh "e-meterai" yang susah didapet. Tes SKD CPNS yang mengingatkanku dengan SBMPTN dulu. Sampai jadi peringkat terbawah yang lolos SKD untuk lanjut ke seleksi SKB. Semoga... apa pun hasilnya nanti, aku tidak menyesali keputusanku untuk mengikuti seleksi CPNS tahun ini, dengan formasi ini. Bismillah...
Di bagian self improvement and self growth, jujur tahun ini aku berusaha membatasi jumlah webinar atau seminar. Tahun 2022-2023 lalu bener-bener FOMO banget dengan apa pun jenis webinar/seminar, mulai dari parenting, business, keuangan, pernikahan, kajian-kajian keislaman, mental, bahasa asing, teknologi, sampe minimalisme dan zero-waste. Hampir semuanya pernah kuikuti. Tapi, sayangnya seringkali aku daftar, dateng zoom, ditinggal, nunggu rekamannya, tapi nggak sempat mencatat dan berakhir lupa sama isi materinya. Sangat disayangkan.. materinya kurang masuk. Jadi tahun ini aku cuma daftar yang beneran aku bisa ikuti dan dengarkan dengan baik.
Tahun ini juga, aku bener-bener ikhtiar terkait jodoh... hahahahaa. Mungkin di blog sebelumnya "Aku Kembali" udah pernah kutulis singkat. InsyaAllah kalau luang nanti, akan kutulis terpisah pengalaman ikhtiar mencari jodoh ini.
Refleksi 2024
Wening, jangan lupa bahwa kamu bisa berdiri tegak sampai sekarang karena lahir dan tumbuh, dididik dan dirawat dengan baik oleh orang tuamu. Ibu dan Bapakmu. Jangan sia-siakan mereka.
Tapi Wening, kamu juga harus sadar. Tidak semua yang orang katakan (termasuk orang tua), harus kamu lakukan! Jadilah dirimu sendiri, pikirkan dengan logikamu, rasakan dengan hatimu. Jangan terus jadi pengikut! Mempertimbangkan keputusan dari pendapat orang lain (siapa pun mereka) boleh-boleh saja, tapi keputusan finalnya harus berasal dari pilihanmu sendiri, minta bantuan Allah Rabb-Mu. Jangan sampai kamu menyalahkan mereka karena keputusanmu mengikuti pendapat mereka. Itu salahmu kalau masih jadi pengikut.
Apa pun keputusan yang kamu buat tahun ini, akan memberi dampak untuk kehidupanmu pada tahun-tahun ke depannya. Berhati-hatilah, tapi jangan overthinking.
Semangat bestie :)
Comments
Post a Comment