Tarian Bumi

Buku ini aku beli di gramedia.com dan pas itu lagi diskon 50% yeayy... Karena lagi cukup bosen di rumah aja, banyak tugas yang silih berganti, pengen baca buku tapi buku yang ku punya dan belum dibaca kebanyakan tentang self improvement, parenting, dll yang materinya cukup berat. Jadi aku memutuskan buat beli deh, sekalian memanfaatkan diskonan... wkwk.

Tarian Bumi, karya Oka Rusmini. Sebenernya udah lama denger judul ini dan aku juga penasaran sama penulisnya. Kalau dari penelusuranku di internet, Oka Rusmini banyak menuliskan novel dan kisah yang temanya perempuan, terutama perempuan Bali. Kayanya kisah perempuan tuh nggak pernah ada habisnya. Berbagai aspek kehidupan, pasti ada kisah perempuan yang mengandung hikmah. Karena memang aku lagi penasaran juga tentang kisah-kisah perempuan di luar sana, membaca buku ini bisa jadi sarana buat nambah pengetahuan, ye kan.. 

Novel Tarian Bumi ini alurnya campuran. Bercerita tentang Telaga, si tokoh utama yang sudah memiliki putri bernama Sari. Lalu mundur saat Telaga masih kecil hingga remaja, lalu menceritakan kisah ibunda Telaga (alias neneknya Sari), bernama Sekar, lalu menceritakan sekilas juga tentang ibunda Sekar. Setelah itu baru bercerita lagi ke awal kisah sampai akhir novelnya. Secara garis besar memang ceritanya tentang kehidupan perempuan di Bali. Kebudayaan Bali sangat kental terasa saat membaca novel ini. Bagiku yang sudah pernah mengunjungi Bali, membaca novel ini jadi bisa ngebayangin suasananya di sana kek gimana. 

Kayanya ini novel tercepat yang pernah kubaca. Sebenernya bisa sih baca sehari doang, tapi karena ada jeda buat nugas, aku nyelesaiin novel ini dalam waktu dua hari. Mungkin kalau diakumulasi, waktu total aku baca sekitar 4 sampe 5 jam. Sejak pertengahan awal novel, aku udah mulai nangis. Ini karena akunya yang cengeng atau emang kisahnya yang mengharukan? Ntahlah, tapi membaca novel Tarian Bumi ini bener-bener aku nikmatin. Apa karena suasana hatiku yang juga lagi nggak karuan ya? 

Novel ini menurutku nggak cocok untuk dibaca anak di bawah umur, minimal 18+ lah ya.. karena ada beberapa kisah di novel ini yang "dewasa". Membaca novel sastra kayak gini seringkali ada kalimat-kalimat yang vulgar. Sepertinya penulis novel ini punya gaya kepenulisan yang hampir mirip dengan Okki Madasari, mana namanya juga mirip... hehe Oka dan Okki. Kurang satu lagi penulis yang novelnya pengen kubaca dengan nama yang mirip, Eka Kurniawan... wkwk.

Tarian Bumi banyak bercerita tentang kehidupan romansa di sana yang banyak dibatasi oleh adat dan kasta. Kalau dari penelusuranku, terdapat empat sistem kasta yang ada di Bali, yaitu Sudra, Waisya, Satria, dan Brahmana (urutan dari rendah ke tinggi). Namun dalam novel ini hanya menceritakan kehidupan romansa antara Sudra dan Brahmana. Setiap laki-laki Brahmana yang menikah dengan seorang perempuan Sudra akan dianggap keluarga tidak melanjutkan keturunan murni, perempuan itu akan berganti nama dan meninggalkan seluruh kehidupan lamanya (orangtua dan keluarganya) untuk bisa hidup dan beradaptasi dengan keluarga suaminya yang Brahmana. Jika seorang laki-laki Sudra menikah dengan perempuan Brahmana, perempuan itu akan dianggap sebagai pembawa petaka dan kesialan, harus melakukan upacara untuk melepas status Brahmana-nya menjadi benar-benar perempuan Sudra. Setelah benar-benar jadi perempuan Sudra, ia tak boleh lagi mengunjungi rumah keluarganya dan memanggil mereka harus dengan hormat.

Sedih banget membaca buku ini, seolah-olah perempuan adalah makhluk sumber kesalahan. Apapun yang dilakukannya seperti tak lebih baik dari laki-laki. Sejak awal pertengahan novel sampai akhir, aku baca sambil nangis sesenggukan. Kalau udah nggak kuat karena mata berair, aku jeda 1 menit buat nangis dulu, trus lanjut baca lagi dan nangis lagi. Karena penasaran akhir ceritanya gimana, nggak berhenti baca sampai akhir. Selesai baca mataku udah sembab dan rasanya bengkak. Dari keseluruhan cerita, banyak digambarkan bagaimana perempuan-perempuan ini bertahan dan kuat menanggung beratnya kehidupan. Baik perempuan Sudra maupun perempuan Brahmana, mereka sama-sama kuat. Perempuan Sudra yang berstatus ekonomi bawah harus turut bekerja menghidupi keluarganya, sedangkan perempuan Brahmana harus selalu menjaga sikap, hormat, dan menuruti seluruh adat yang berlaku (yang banyak banget dan terkadang malah terkesan mengekang). Tekanan fisik dan batin harus dirasakan mereka.

Bahkan dari sekian banyak kisah, cuma ada satu tokoh laki-laki baik yang ada di novel ini. Tak heran juga, ada satu tokoh perempuan di novel ini yang membenci laki-laki dan karenanya dia malah jadi suka sama perempuan. Kalau dari penelusuranku berdasarkan podcast Deddy Corbuzier yang bintang tamunya dr.Boyke (dokter Obstetri dan Ginekologi, juga seksiolog), seorang yang LGBT itu 70% dipengaruhi oleh lingkungan, bagaimana dia menjalani kehidupannya, apakah bahagia atau tidak. Itu relate banget sih sama kisah salah satu tokoh di novel ini.

Bagian yang bikin aku paling sesenggukan yaitu kisah romansa si tokoh utama, Telaga, dan suaminya bernama Wayan. Telaga yang merupakan perempuan Brahmana mencintai laki-laki baik namun dari kasta Sudra bernama Wayan. Dan setelah ditelusuri, sebenernya mereka sudah menyimpan rasa sejak lama, sejak Telaga 10 tahun. Banyak sekali pertentangan yang harus mereka hadapi terutama dari keluarga sendiri.

Overall, aku suka sama novel ini. Bener-bener menguras emosi. Aku jadi belajar, buat jadi perempuan harus bener-bener menjaga harga diri. Keputusan kita sekarang yang akan menentukan masa depan yang akan kita jalani kelak. Jangan sampai salah memilih, apalagi salah pilih pasangan. Meskipun banyak laki-laki tidak baik di luar sana, ada lebih banyak lagi laki-laki yang baik, itu semua sebenarnya bergantung dari pola pikir kita, makanya juga harus tetap hati-hati dan waspada. Jangan benci sama laki-laki, karena hal itu bisa jadi dorongan yang menyebabkan kelainan orientasi, kayak salah satu tokoh perempuan di novel ini yang suka sama perempuan. Semua perempuan itu hebat, jangan kau remehkan peran mereka! Bagi semua laki-laki yang mungkin baca post ini, please jadilah laki-laki bijak dan menghargai perempuan, mereka sebenarnya tak menuntut banyak darimu, hanya menginginkan kasih sayang dan penghargaan.

⭐⭐⭐⭐⭐


Comments

Popular posts from this blog

Apakah menikah harus berdasarkan cinta?

Suami idaman

Bapak