Catatan Hati yang Cemburu

Beli buku ini bareng sama buku-buku lainnya seri catatan hati karya Asma Nadia. Jujur, waktu beli buku ini tuh aku kek merasa nggak perlu baca secepatnya. Ntar aja pas mau mendekati nikah (tapi gatau kapan... wkwk). Cuma karena emang uwe sungguh penasaran, akhirnya dibaca juga. 

Setelah baca, beneran nggak nyesel baca buku ini sekarang. Seperti judulnya, buku ini berisi kumpulan catatan kisah beberapa orang (ya bisa disebut sebagai antologi lah yaa) terkait dengan pengalamannya dalam cemburu (dalam hal ini cemburu di rumah tangga alias sama suami yaa, karena penulisnya itu para istri). 

Ternyata, kejadian cemburu itu nyata adanya. Bukan sekadar menye-menye kayak sinetron di TV. (Lah sinetron kan emang terinspirasi dari dunia nyata... wkwk). Trus aku juga baru tahu kalau cemburu dalam lingkup rumah tangga itu nggak cuma cemburu sama WIL (wanita idaman lain) alias sama cewek lain gitu yak, tapi juga cemburu sama mertua atau bahkan saudara. 

Salah satu kisah di buku ini menceritakan kalau pas pulang kampung, suaminya itu saking cintanya sama Ibu, sampe-sampe istrinya tidur sendiri. Suaminya nemenin ibunya di kamar ibu. Sebenernya ada pergolakan batin juga di hati si istri. "Lha kan beliau ibu yang melahirkan suamiku, kok bisa-bisanya aku cemburu. Itu jadi penghalang suami buat berbakti pada ibunya nggak sih?"

Mungkin kalau sehari dua hari, tidur di kamar ibu sambil nemenin beliau cerita atau sekedar pijet kaki ya nggak papa. Tapi kejadian di buku itu tuh kek seluruh hari selama di rumah mertuanya. Jadi ya nggak bisa juga nyalahin istrinya kalau sedih karena cemburu. Bukan karena menghalangi suami buat berbakti pada orangtuanya terutama ibu, tapi ya jangan sampe istrinya dicuekin gitu lho. Tinggal di rumah mertua (meskipun cuma pas liburan aja) itu udah jadi "ketidaknyamanan" buat istri, apalagi dicuekin. Hadeh...

Di buku ini juga dikasih kek semacam tips untuk mengatasi cemburu. Kita harus tahu apa objek yang membuat kita cemburu. Komunikasikan ke pasangan hal itu supaya dia dapat mengubah sikapnya atau paling tidak sadar atas "kecemburuan" kita. Lalu jangan ngambek macam anak kecil, kalau cemburu, cemburulah dengan cantik. 

Comments

Popular posts from this blog

Apakah menikah harus berdasarkan cinta?

Bapak

Suami idaman