Dalam sebulan ini, aku dah baca dua buku karya Ario Muhammad, Ph.D. yang kesemuanya menginspirasi. Ya karena beliau itu one of my rule model atau sosok yang membuatku bener-bener pengen melanjutkan studi sampai Ph.D di luar negeri bareng partner masa depan nanti (a.k.a suami). Hmm.. btw dua buku selanjutnya karya beliau juga masih ngantri buat kubaca, so tunggu aja yaa...
Mau cerita sedikit gimana aku bisa beli buku ini dan berapa lama membacanya. Yaak, buku ini aku beli online tentunya, karena lagi masa kayak gini (pandemi) cukup susah pergi kemana-mana. Alhamdulillah juga pas ada diskon lumayan gede sampe 70%, jadi kubeli dengan harga di bawah 20k, sangat murah yaa.. So, buat temen-temen yang pengen beli buku tapi belum cukup uangnya, mending tunggu aja sampe diskon... wkwk, diusahakan jangan malah beli buku bajakan yaa. Lanjuut.. Buku ini sampe rumah 4 Agustus lalu dan selesai kubaca hari ini, jadi itungannya ya aku baca cepat (maksudnya nggak tersimpan lama di rak dulu). Buku ini kuselesaiin selama perjalanan ke rumah eyang, karena memang ada keperluan urgent kesana. Di mobil, di kamar, di ruang TV, di ruang keluarga, kalau pas luang aku sempatin baca, dan ternyata memang cukup cepet sih bacanya. Mungkin kalau diakumulasi gitu sekitar 3 atau 4 hari.
Buku kedua yang kuselesaiin karya penulis ini berjudul "Notes From England". Oh iya, buku ini sebenernya ditulis oleh dua orang, Ario Muhammad dan Fissilmi Hamida, yang keduanya merupakan orang keren dan menginspirasi. Sama-sama pernah mengenyam pendidikan di University of Bristol, Inggris. Isi buku ini memang sesuai judulnya, berisi catatan pengalaman penulis selama menempuh studi di Inggris. Pengalaman mencari beasiswa sampai bagaimana bisa diterima, berbagai situasi "down" yang pernah dialami, sampai kisah-kisah sederhana di dalam bus atau di pinggir jalan yang memberikan hikmah.
Okee... bakal kubagikan empat kisah berkesan buatku dari buku ini yaa
Talk To Me: Sebab Saat Depresi, Pikiran untuk Bunuh Diri Itu Dekat Sekali [FH]Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit, tak terkecuali bagi mereka (atau bahkan kita sendiri) saat sedang menempuh studi. Sarjana, Master, atau Doktor, pasti punya tingkat kesulitan yang berbeda. Ternyata penulis juga pernah mengalami masa-masa "down" di awal kuliah yang bahkan seringkali terbersit dalam pikirannya untuk mengakhiri hidup. Namun, ada satu hal yang ia percayai dan ini jadi solusinya sih, yaitu ceritakan masalahmu ke orang lain yang kamu percaya. Intinya: Jangan Sendirian. Jangan Menyendiri Saat Depresi sebab Pikiran Bunuh Diri Seringkali Menghampiri. Temukan seorang teman yang bisa mendengarkan cerita dan masalah-masalahmu, keluarga, atau seorang profesional. Jika diperlukan, kamu bisa konseling dengan ahlinya.
Kalau memang nggak ada seorangpun yang bisa dipercaya gimana? Hmm.. kalau aku pribadi belum bisa ngasih solusi, karena memang bukan ranah dan kapabilitasku yaa.. hehe. Tapi, dari aku sendiri kalau misal lagi ada beban atau stress and there's no one yang bisa diajak cerita (atau memang saat itu belum mau untuk cerita), biasanya aku self-healing dengan menulis. Yaa.. bisa menulis diary di buku jurnalku atau menulis di blog kek gini (dengan kalimat-kalimat yang bisa dikonsumsi publik tentunya).
Sengsara Membawa Perubahan [AM]
Di buku ini dikatakan bahwa sebenarnya suatu hal yang membuat kita "sengsara" atau tak nyaman justru akan membawa perubahan. Misalnya seorang atlet, jika ia akan mengikuti ajang turnamen atau perlombaan pasti harus latihan dulu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sebelumnya. Mereka mengalami masa-masa "sengsara" saat latihan untuk mendapatkan performa yang memuaskan. Setelah masa latihan yang "sengsara" itu pastilah ada perubahan ke lebih baik dari sebelumnya, sehingga bisa menjadi juara. Ada quotes bagus yang bikin merenung juga di bab ini,
"Kenyamanan adalah musuh terbesar untuk berubah. Jika apa yang Anda kerjakan terasa menyenangkan, waspadalah, bisa jadi ia tidak meningkatkan kualitasmu."
Dan di sini penulis mencantumkan buku sumber inspirasinya: GRIT karya Dr. Angela Duckworth.
-ini gak dibaca gapapa, hanya selipan di tengah review, hehe-
Sedikit cerita tentang buku GRIT. Sejak tahun lalu temenku ada yang ngerekomendasiin buku ini yang ia dapat dari 2 pembicara seminar berturut-turut (jadi tuh kan biasanya ada lebih dari 1 pembicara dalam seminar, nah pas itu, 2/3 dari beliau ini merekomendasikan buku GRIT untuk dibaca). And then, pas nonton salah video rekomendasi buku di Analisa Channel, mbak Ana juga merekomendasikan buku GRIT ini. Dan sekarang aku baca buku "Notes From England", Pak Ario, penulisnya juga menuliskan buku GRIT sebagai salah satu sumber penyemangatnya. Keknya aku kudu segera baca buku ini deh... hmm.
"Proses yang sulit ini justru yang akan menumbuhkan kualitasmu. Jika kamu nyaman, kamu akan berhenti untuk berkembang."
Kehilangan Motivasi dan Bagaimana Membangkitkannya [AM]
Aku percaya, pasti tiap orang pernah merasakan di suatu masa atau kondisi ketika dia kehilangan motivasi. Aku? Ya pernah banget lah yaa... lebih dari sekali, ntahlah berapa kali. Trus gimana sih caranya membangkitkan kembali motivasi? Nah, di buku ini dituliskan ada dua syarat utama membangkitkan motivasi, yaitu MEMILIKI KONTROL dan MENGEVALUASI NIAT & TUJUAN AWAL. Jika kita punya otoritas dan kontrol atas apa yang dikerjakan, maka kebahagiaan dan kepuasan akan lebih terasa dibanding seseorang yang tak memilikinya. Mengevaluasi niat dan tujuan awal perlu dilakukan juga untuk membangkitkan motivasi. Tanyakan pada diri, kenapa kita harus menyelesaikan ini? Apakah ada hubungannya dengan kehidupan kita di masa depan? Berikan alasan-alasan kenapa kamu harus melakukan suatu hal itu, dengan begitu kamu akan selalu menginat tujuan awalmu dan berusaha bertahan melakukannya.
Pelajaran Berharga di Dalam Bus Kota [FH]
Kenapa bab ini jadi salah satu bab favoritku? Ya, karena aku seorang penumpang bus kota, wkwk.. iyaa BRT. Jadi, aku sedikit banyak bisa membayangkan bagaimana suasana busnya dan seperti apa orang-orang di dalamnya (ya emang, aku tau bus di Inggris pasti beda dari bus di sini.. hehe). Pasti ada banyak banget pelajaran berharga yang dialami penulis setiap naik bus kota, tapi cuma beberapa kisah aja pastinya yang diceritain di buku ini. Lah kalo semua diceritain mungkin bisa berjilid-jilid... hihihi.
Kisah pertama tentang wanita bertato dengan dua anaknya. Sang anak pertama masih sekitar usia TK dan anak keduanya masih bayi. Tiba-tiba si kakak ni mau naik ke atas (karena tipe bus di Inggris kan tingkat alias double decker), lalu si Ibu dengan sigap mengejarnya dan membawanya duduk kembali. Kejadian itu sampai beberapa kali hingga si kakak menangis. Yang bisa diambil pelajaran yaitu:
- Ibunya tidak membohongi anaknya dan berkata jujur belum bisa naik ke atas bus, serta menjelaskan keadaannya yang "rempong" karena membawa sang adik yang masih bayi. Padahal biasanya di Indonesia, kita sering denger orangtua membohongi anaknya untuk menakut-nakuti misalnya, "Jangan naik, nanti dimarahi Pak sopir," dkk.
- Ibunya juga tidak gengsi untuk minta maaf pada putrinya karena belum bisa membawanya ke lantai atas bus.
Sebenarnya masih ada beberapa kisah lagi, tapi kisah ini yang menurutku paling berkesan karena topiknya tentang parenting. Di mana hal itu masih jadi suatu ilmu yang biasa ditunda-tunda sama orang-orang. Ngapain belajar parenting? Kan masih muda... Belom punya anak... Nikah aja belum, ya ampuun... Ahh, ntar kan pasti ngerti sendiri... Nanti aja lah yaa pas mau nikah...
Helloo... ilmu parenting nggak cuma buat mendidik anak kandungmu, tapi juga bisa untuk mendidik keponakanmu, adekmu, tetanggamu mungkin, dan seluruh anak yang kamu kenal. Buat jadi orangtua yang mendidik anak pun juga nggak gampang. Buktinya, berapa banyak berita tentang kenakalan remaja yang sebenernya bersumber dari hasil didikan orangtuanya, atau orang di sekitarnya. Intinya, ilmu parenting nggak mudah dan harus dipersiapkan sejak sekarang, Okayy.
Balik lagi ke bukunya.
Overall, buku ini bagus dan aku suka. Beneran menginspirasi dan membuatku berpikir lagi, sebenernya apa sih yang aku inginkan? Apakah aku pengen kuliah ke luar negeri hanya karena prestige? Atau bener-bener niat menuntut ilmu?
⭐⭐⭐⭐
Comments
Post a Comment