Canting
Buku kedua sekaligus novel pertama yang selesai kubaca pada 2020 ini. Dilihat dari judulnya "Canting", novel ini memang menceritakan tentang batik tulis yang dibuat menggunakan canting. Buku ini bukan termasuk dalam wishlist-ku, tapi ada beberapa alasan yang membuatku akhirnya beli. Pertama, aku tertarik sama judulnya. Well, pas jaman SMP dulu aku pernah bikin novel temanya batik (tapi sampe sekarang belum kelar), jadi aku penasaran sama novel ini. Kedua, lokasi yang melatarbelakangi novel ini berada di Solo, sama kayak rumah eyangku yang sampe sekarang aku juga sering kesana. Solo jadi salah satu kota yang memberikan memori indah di benak, jadi aku tambah penasaran gimana isi novel ini. Ketiga, penulisnya cukup meyakinkan. Hmm, sebelum beli buku aku sering cek dulu penulisnya, pernah punya karya apa aja dan gimana rating-nya di Goodreads. Berdasarkan hasil penulusuranku, Arswendo Atmowiloto merupakan penulis cerita "Keluarga Cemara" yang terkenal itu. Woww.. aku jadi makin penasaran gimana gaya penulisan beliau dan ternyata beliau pun seorang sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang bagus juga. Fix deh, aku beli novel "Canting" ini.
Buku ini kubaca pas perjalanan yang yaa cukup jauh, menyeberang lautan... wkwk. Jadi nggak kerasa bacanya, tiba-tiba udah habis aja halamannya. Menurutku novel kayak gini emang cepet sih bacanya. Bahasa yang digunakan dalam buku ini ada dua, yaitu Jawa dan Indonesia, tapi lebih dominan ke bahasa Indonesia. Penggunaan dua bahasa ini sudah sesuai, karena penulis menginginkan pembaca terbawa suasana di Solo serta turut mendalami karakter tokoh utamanya yang merupakan bangsawan Jawa. Satu tokoh yang membuatku ketawa sendiri pas baca dan membuatku terkejoet adalah Wening. Jarang banget, bahkan ini baru pertama kali aku menjumpai nama tokoh yang sama kayak namaku, wkwk. Memang nama-nama tokoh yang ada di novel ini Jawa banget, salah satunya ya Wening ini.
Wening merupakan kakak perempuan dari tokoh utama di novel ini yang bernama Ni. Perangainya yang cantik dan pintar membuat dia jadi anak emas Pak Bei, bapaknya. Seorang Wening dalam novel ini memiliki jiwa wirausaha yang tinggi sejak kecil, punya beberapa bisnis dan sukses menjalankan berbagai usaha. Ada satu percakapan antara Ni dan kekasihnya, Himawan, yang bisa diambil hikmahnya dari karakter Wening ini.
"Tapi bisa terjadi. Juga kalau Mas Susetyo tiba-tiba memutuskan bahwa Mbak Wening harus di rumah, itu yang akan terjadi. Apapun keberatan dan gerundelan dalam hati, pasti Mbak Wening akan menuruti kata-kata suaminya."
Dari percakapan di atas, setinggi apapun pangkat, jabatan, karier seorang wanita, dia tetap harus berbakti pada suaminya, ya meskipun pasti ada keberatan dalam hati. Dalam budaya Jawa, para wanita dididik menjadi seorang penurut memang, manut, nrima, bekti marang wong tua lan garwa. Wanita sendiri pun juga singkatan dari "wani ditata" yang artinya berani diatur. Aku pribadi sebenernya agak kurang setuju kalau apa-apa tuh wanita harus nurut sama laki-laki (mungkin topik ini bakal aku tulis lain waktu, semoga aku masih diberi waktu :), jadi jangan judge dulu kalau aku feminis garis keras yaa... wkwk).
Awal kisah di novel ini menceritakan Pak Bei dan Bu Bei yang berkeluarga dan akhirnya memiliki enam anak, kehidupan Bu Bei sebagai juragan batik, Pak Bei sebagai bangsawan yang dihormati, dan buruh-buruh batik keluarga ini yang sangat loyal dan setia. Kemudian baru menceritakan tokoh utamanya, Ni, yang merupakan bungsu di keluarga tersebut dan ingin melanjutkan usaha batik keluarga. Perjuangan Ni dalam menjalankan usahanya ini tak mudah, tak hanya sakit hati tapi juga merambah ke sakit fisik. Namun tekad Ni yang sudah bulat tak mematahkan semangatnya meskipun usaha batik tak sesukses yang ia harapkan. Banyak sekali nilai-nilai yang dapat diambil dari novel ini. Salah satu nilai yang menurutku paling dominan adalah PASRAH. Pasrah, ikhlas, merelakan semua yang terjadi dalam hidup, dengan begitu hati ini akan menjadi lebih tenang. Dalam novel ini juga menyoroti peran seorang wanita, bahkan di salah satu percakapan, Pak Bei memuji istrinya dan menurut pandangan beliau beginilah sosok wanita istimewa yang bahagia.
"Ini yang istimewa, sebab ibumu mencapai tingkat pasrah dalam arti sebenarnya. Ibumu bisa menyatukan antara karier, kepentingan pribadi, kepentingan seorang istri, kepentingan seorang ibu dalam satu tarikan napas yang sama."
Aku suka sama konten dan hikmah di balik kisah yang ada di novel ini. Tapi ada beberapa kekurangan atau sesuatu di luar dari ekspektasi yang kubayangkan. Menurutku novel ini agak sedikit membingungkan, manakah tokoh utamanya? Karena pada bagian awal sampai pertengahan banyak menceritakan kisah Pak Bei, kemudian dari pertengahan sampai akhir banyak menceritakan kisah Ni. Trus di novel ini juga ada beberapa yang kontennya cukup "dewasa" dan "bebas" gitu, jadi jangan dibaca sama anak di bawah umur (harusnya 17+ lah yaa), tapi di cover-nya nggak ada keterangan usia (ini sih kekurangannya, menurutku). Overall, novel ini bagus dan aku kasih empat bintang dari lima bintang.
⭐⭐⭐⭐
Wening merupakan kakak perempuan dari tokoh utama di novel ini yang bernama Ni. Perangainya yang cantik dan pintar membuat dia jadi anak emas Pak Bei, bapaknya. Seorang Wening dalam novel ini memiliki jiwa wirausaha yang tinggi sejak kecil, punya beberapa bisnis dan sukses menjalankan berbagai usaha. Ada satu percakapan antara Ni dan kekasihnya, Himawan, yang bisa diambil hikmahnya dari karakter Wening ini.
"Tapi bisa terjadi. Juga kalau Mas Susetyo tiba-tiba memutuskan bahwa Mbak Wening harus di rumah, itu yang akan terjadi. Apapun keberatan dan gerundelan dalam hati, pasti Mbak Wening akan menuruti kata-kata suaminya."
Dari percakapan di atas, setinggi apapun pangkat, jabatan, karier seorang wanita, dia tetap harus berbakti pada suaminya, ya meskipun pasti ada keberatan dalam hati. Dalam budaya Jawa, para wanita dididik menjadi seorang penurut memang, manut, nrima, bekti marang wong tua lan garwa. Wanita sendiri pun juga singkatan dari "wani ditata" yang artinya berani diatur. Aku pribadi sebenernya agak kurang setuju kalau apa-apa tuh wanita harus nurut sama laki-laki (mungkin topik ini bakal aku tulis lain waktu, semoga aku masih diberi waktu :), jadi jangan judge dulu kalau aku feminis garis keras yaa... wkwk).
Awal kisah di novel ini menceritakan Pak Bei dan Bu Bei yang berkeluarga dan akhirnya memiliki enam anak, kehidupan Bu Bei sebagai juragan batik, Pak Bei sebagai bangsawan yang dihormati, dan buruh-buruh batik keluarga ini yang sangat loyal dan setia. Kemudian baru menceritakan tokoh utamanya, Ni, yang merupakan bungsu di keluarga tersebut dan ingin melanjutkan usaha batik keluarga. Perjuangan Ni dalam menjalankan usahanya ini tak mudah, tak hanya sakit hati tapi juga merambah ke sakit fisik. Namun tekad Ni yang sudah bulat tak mematahkan semangatnya meskipun usaha batik tak sesukses yang ia harapkan. Banyak sekali nilai-nilai yang dapat diambil dari novel ini. Salah satu nilai yang menurutku paling dominan adalah PASRAH. Pasrah, ikhlas, merelakan semua yang terjadi dalam hidup, dengan begitu hati ini akan menjadi lebih tenang. Dalam novel ini juga menyoroti peran seorang wanita, bahkan di salah satu percakapan, Pak Bei memuji istrinya dan menurut pandangan beliau beginilah sosok wanita istimewa yang bahagia.
"Ini yang istimewa, sebab ibumu mencapai tingkat pasrah dalam arti sebenarnya. Ibumu bisa menyatukan antara karier, kepentingan pribadi, kepentingan seorang istri, kepentingan seorang ibu dalam satu tarikan napas yang sama."
Aku suka sama konten dan hikmah di balik kisah yang ada di novel ini. Tapi ada beberapa kekurangan atau sesuatu di luar dari ekspektasi yang kubayangkan. Menurutku novel ini agak sedikit membingungkan, manakah tokoh utamanya? Karena pada bagian awal sampai pertengahan banyak menceritakan kisah Pak Bei, kemudian dari pertengahan sampai akhir banyak menceritakan kisah Ni. Trus di novel ini juga ada beberapa yang kontennya cukup "dewasa" dan "bebas" gitu, jadi jangan dibaca sama anak di bawah umur (harusnya 17+ lah yaa), tapi di cover-nya nggak ada keterangan usia (ini sih kekurangannya, menurutku). Overall, novel ini bagus dan aku kasih empat bintang dari lima bintang.
⭐⭐⭐⭐
Comments
Post a Comment