Mengejar Senja Menunggu Pagi
Lelah hinggap
Letih tertangkap
Sedih menghantui
Gundah menyelimuti
Aku butuh senja
Senja yang jingga
Jingga menggelora
Agar semangatku kembali ada
Semangat yg hilang tertinggal
Tergerus masa jadi lupa
Kukejar senja di ujung sana
Berharap dapat melihat semburat jingganya
Kukejar senja di ujung sana
Berharap bisa mendapat semangatnya
Namun mengapa,
Semakin kukejar ia lari
Semakin kuharap ia pergi
Semakin kudekati ia menjauh
Semakin kuingin ia berpaling
Senja pergi tanpa berkata
Tak meninggalkan sisa
Apalagi asa
Senja hilang tanpa suara
Tak meninggalkan gema
Apalagi irama
Kuputuskan kembali tuk menunggu pagi
Kuharap pagi tak membuatku kecewa
Kuharap mentari tak membuatku patah hati
Kuharap fajar tak meninggalkanku lagi
Menunggu pagi
Desa Asinan,
8 Juli 2019
Kisah dibalik kata:
Puisi ini aku buat sesuai sama kata hati (wkwk) yang emang lagi kecewa karena nggak dapet senja. Kayaknya aku kesorean, jadi senja udah pergi gitu aja, yang keliatan cuma awan. Makanya keesokan harinya aku bertekad buat nunggu pagi alias sunrise. Kubela-belain habis Subuh langsung keluar rumah buat liat munculnya mentari. MasyaAllah, ternyata indah banget. Karena masih sepi, aku bisa ngerasa tenang, damai, pokonya sensasi rileks yang bikin bahagia.
![]() |
Ini pagi yang kutemui… |
Puisi ini juga pernah dipublikasikan di RGB (Ruang Geodet Berkarya), sejenis mading yang ada di departemenku.
This is the link
https://hmtgeodesiundip.com/blog/ruang-karya-puisi-mengejar-senja-menunggu-pagi/
Comments
Post a Comment