Dilarang Merokok

Mohon maaf aku ucapkan kepada siapapun yang merasa tersungging (eh tersinggung) dengan bahasanku tentang rokok. 

Jujur, dari hati terdalam aku benci, kesel, sebel (semua deh yang jelek2) sama orang yang merokok, entah addict atau bukan, baru coba atau dah lama. Why? Saat asap rokok menghambur ke udara, terus tanpa sengaja kuhirup. Astaghfirullah. Rasanya langsung sesak nafas, kepala pening. Aku juga heran, kenapa sih mereka tuh masih tetep aja ngerokok? Padahal asapnya tu lho bikin sesak nafas. 

Merokok membunuhmu. Itu yang tersebar di banyak media, di bungkus rokoknya malah. Banyak dari para perokok aktif yang juga tau akibat-akibat buruk yang ditimbulkan dari merokok. Mulai dari batuk, sampai penyakit kronis kayak kanker. Aku tau dan sadar bahwa rokok mempunyai kandungan nikotin yang merupakan zat adiktif sehingga membuat para perokok tersebut kecanduan. Tapi, aku mengharapkan mereka sadar bahwa penghirup asap rokok yang dihasilkan (biasanya disebut perokok pasif) juga mendapat impact negatif dari mereka.

Ya, aku menghargai mereka yang masih tetap merokok tapi beretika. Merokok di tempat khusus yang diperbolehkan, tidak di tempat umum, menghindari berdekatan dengan anak-anak dan ibu hamil. Aku menghargai mereka. Tapi yang aku herankan, mereka berusaha menghargai orang lain dengan tidak merokok sembarangan, namun tak menghargai dan mencintai diri mereka sendiri.

Pernah beberapa kali terjadi, di tempat umum gitu ada orang yang tiba-tiba ngerokok di deketku, padahal disitu juga ada anak kecil gitu. Tetep aja dia ngerokok. Akhirnya aku pake masker deh (yang sebelumnya aku gak pake). Aku nggak peduli dia (perokok itu) merasa tersinggung apa enggak sama tindakanku. Tapi ya bodo amat. Mereka juga nggak peduli sama aku. Hmm.

Alhamdulillah. Aku bersyukur orangtuaku bukan seorang perokok (Kenapa aku sebutnya orangtua? Bukan cuma bapak? Karena perokok tuh nggak cuma laki-laki, perempuan juga banyak. Aku lihat beberapa kali di tempat wisata pas liburan gitu ada ibu-ibu dan mbak-mbak yang ngerokok juga), keluarga intiku nggak ada yang ngerokok, ya meskipun kalau keluarga besar masih ada yang ngerokok, tapi mereka sadar, kalau ada aku ngerokoknya nggak sembarangan tempat, atau aku yang sadar buat pindah tempat nggak di deketnya.

Bukan perokok. Itu syarat mutlak siapapun yang mau deket sama aku. Ntah dia cewek atau cowok. Alhamdulillah, sahabat dan temen-temen deketku nggak ada yang perokok, dan mereka juga sadar akan bahaya rokok. Kalau mau ngerokok, lebih baik jauh-jauh dari aku, wkwk. Kalau nggak mau menjauh, berarti aku yang pergi. 

Comments

Popular posts from this blog

Apakah menikah harus berdasarkan cinta?

Suami idaman

Bapak